Kamis, 17 Juli 2014

Pengaruh SKJ lansia Bugar terhadap keseimbangan dinamis lansia



BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang masalah
Perkembangan masyarakat modern dewasa ini ditandai oleh berbagai perubahan perilaku dan gaya hidup. Sering kita lihat, kita dengar dan kit abaca bahwa perilaku dan gaya hidup masyarakat sekarang mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap masalah kesehatan manusia.
Tidak bisa kita hindari lagi bahwa semua makhluk hidup khususnya manusia mempunyai fase – fase yang sudah digariskan oleh yang kuasa, antara lain adalah fase pertumbuhan atau perkembangan yang biasa dialami pada masa kanak – kanak yang akan tumbuh berkembang menjadi dewasa, pertumbuhan dan perkembangan itu mempunyai cirri –ciri antara lain : perkembangan kekuatan otot, kekuatan tulang, massa otot, masa tulang, perkembangan jaringa syaraf dan lain – lain. Setelah fase perkembangan maka akan ada fase penurunan atau penuaan, yaitu hal – hal yang sebelumnya bisa berkembang sekarang menjadi menurun. Fase – fase tersebut sangat identik dengan umur manusia, bahwa manusia akan berkurang umurnya atau menjadi tua seiring berjalannya waktu dan itu merupakan proses alamiah. Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut badan koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi, dan aspek social (BKKBN : 1998). Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian.
Gambaran umum dari manusia berusia lanjut tidak begitu menyenangkan dan dianggap sebagai petaka karena akan mengalami berkurangnya kemampuan fisik sehingga mudah terjangkit bermacam penyakit.
Orang lanjut usia sering mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari – hari dan tidak mandiri. Baru – baru ini, U.S. Cutersfor Desease Control and Prevention (CDC) melaporkan bahwa sebanyak 250.000 jiwa melayang setiap tahun karena gaya hidup yang pasif. Kurangnya aktifitas fisik sekarang dianggap sebagai factor resiko utama berbagai macam penyakit.
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia : Pralansia (prasenilis) 45 – 59 tahun, lansia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi 70 tahun atau lebih, lansia potensial (lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan), lansia tidak potensial ( lansia yang tidak berdaya).
Menurut Budi Anna Keliat (1999 : 33) berpendapat bahwa karakteristik lansia berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No 13 tentang kesehatan, kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sahat sampai sakit, dan dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif, lingkungan tempat tinggal yang bervariasi. Pemerintah memberikan perhatian besar terhadap lanjut usia, perhatian diwujudkan dalam bentuk pelayanan kesehatan lanjut usia yang terprogram dan berkala dirumah sakit, puskesmas, maupun dipanti – panti sosial yang menampung manusia lanjut usia. Perhatian terhadap lanjut usia diharapkan terus berlanjut dan pelayanan ditingkatkan, oleh karena jumlah lanjut usia akan terus bertambah banyak. Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar 7.28 % dan pada tahun 2020 menjadi sebesar 11.34 % (BPS 1992 : 9). Bahkan data biro sensus Amerika Serikat memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan warga lanjut usia terbesar diseluruh dunia pada yahun 1990 – 2025, yaitu sebesar 414 % (Kinsella dan Tueuber, 1993 : 9)
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas fisik sumber daya manusia Indonesia adalah melalui kegiatan fisik yang dilakukan secara benar, teratur, dan terukur, yaitu dengan melakukan latihan fisik atau latihan kesegaran jasmani.
Kegaran jasmani adalah suatu tingkat kondisi seseorang untuk dapat melakukan aktivitas fisik secara berdaya sehingga dapat menghasilkan tingkat produktivitas belajar dan produktivitas kerja yang tinggi.
Kesegaran jasmani pada hakikatnya berkenaan dengan kemampuan dan kesanggupan fisik seseorang untuk melaksanakan tugasnya sehari – hari secara efisien dan efektif dalam waktu yang relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, dan masih memiliki tenaga cadangan untuk melaksanakan aktifitas lainnya.
Kesegaran jasmani merupakan salah satu tolak ukur kesehatan masyarakat. Lanjut usia yang memiliki kesegaran jasmani yang tinggi selain sehat dan segar juga dapat melakukan aktifitas.
Dengan demikian seseorang yang mempunyai tingkat kesegaran jasmani yang baik akan dapat melakukan kegiatan atau kegiatan lain dengan baik tanpa merasa terlalu lelah. Ini juga beraarti bahwa kegiata itu dapat dilakukan secara terus – menerus tanpa sakit atau lelah.
Pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) Kalisari merupakan salah satu pusat kesehatan masyarakat yang mempunyai kepedulian terhadap para manusia usia lanjut dengan menampung para manusia usia lanjut dan membimbingnya di tempat tersebut. Masala kesehatan para manula juga dapat perhatian khusus di puskesmas tersebut, salah satunya adlah program olahraga rutin dilakukan dan diikuti sebagian besar para manula. Senam Kebugaran Jasmani merupakan bentuk latihan olahraga yang dilakukan di pusat kesehatan masyarakat tersebut.
Oleh karena itu saya mencoba ingin mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Senam Kebugaran Jasmani Lansia Bugar Terhadap Keseimbangan Dinamis atau Fungsional”.




B.     Batasan dan Rumusan Masalah
1.      Batasan Masalah
Untuk memperoleh gambaran serta hasil yang lebih jelas maka penulis membatasi permasalahan dalam penelitian ini, hal ini dilakukan dengan asumsi agar penelitian ini tidak menyimpang dari maksud dan sasaran dari penelitian. Disamping itu pula hal ini dilakukan sebagai langkah untuk memudahkan dalam proses penelitian yang dilaksanakan.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian dengan ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
a.       Pengaruh latihan senam kebugaran jasmani lansia bugar terhadap keseimbangan dinamis pada manusia lanjut usia.
b.      Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen serta alat ukur yang digunakan adalah Tes Keseimbangan Dinamis, berjalan melewati garis kemudian dicatat beberapa kali manula melakukan kesalahan berjalan diatas garis.
2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan pada pemahaman latar belakang masalah, maka penulis selanjutnya menentukan rumusan masalah yang akan dilakukan pada penelitian. Adapun masalah penelitian tersebut selanjutnya penulis identifikasikan sebagai berikut :
“Berapa besar pengaruh latihan Senam Kebugaran Jasmani lansia bugar dapat meningkatkan keseimbangan dinamis pada manula” ?
C.    Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini penulisa memiliki tujuan penelitian di antaranya adalah sebagai berikut :
“Ingin mengetahui berapa besar pengaruh latihan senam kebugaran jasmani lansia bugar dapat menungkatkan keseimbangan dinamis pada manula”.

D.    Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa diambil dalam penelitian ini adalah :
1.      Sebagai bahan evaluasi sejauh mana Senam Kebugaran Jasmani Lansia Bugar dalam hal meningkatkan keseimbangan dinamis, dan untuk mendapatkan data dasar bagi penelitian lebih lanjut.
2.      Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya memperbaiki keseimbangan dianmis, antara lain dengan melakukan senam kebugaran jasmani lansia bugar untuk mengurangi resiko jatuh pada orang lanjut usia.
3.      Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya memperbaiki keseimbangan jalan, antara lain dengan mengikuti Senam Kebugaran Jasmani Lansia Bugar untuk mengurangi resiko jatuh disaat mempercepat jalan/
4.      Dapat menjadi sasaran untuk membina kebiasaan berolahraga untuk meningkatkan kesegaran jasmani denga cara yang aman bagi lansia.

E.     Definisi Operasional
Penafsiran seseorang terhadap suatu istilah sering tidak sama sehingga dapat menimbulkan kekeliruan serta kesalahpahaman, oleh sebab itu untuk menghindari perihal tersebut, maka dalam penelitian ini peneliti membatasi beberapa istilah serta menjelaskan istilah tersebut. Adapun beberapa istilah tersebut diantaranya :
  1. Pengaruh
Menurut Poerwadarminta (1976 : 731) pengaruh yaitu : “Daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda, dan sebagainya) yang berkuasa atau berkekuatan”. Sedangkan pengaruh positif adalah daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda, dan sebagainya) yang berkekuatan atau berkuasa yang sifatnya positif atau baik.
  1. Latihan
Menurut Harsono latihan adalah sebagai berikut : dengan berlatih secara sistematis dan melalui pengulangan – pengulangan yang konstan, maka organisasi – organisasi mekanisme neurophysiologis kita akan menjadi bertambah baik, gerakan – gerakan yang semula sukar dilakukan lama kelamaan akan merupakan gerakan – gerakan yang otomatis dan reflektif yang semakin kurang membutuhkan konsentrasi pusat – pusat syaraf dari pada sebelum melakukan latihan tersebut.


3.      Senam Kebugaran Jasmani
Menurut Sumosardjuno (1998 : 9) kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari – hari dengan gampang tanpa merasa lelah yang berlebihan serta masih mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya untuk keperluan mendadak.
Menurut Winarno,dkk (1998 : 4) kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari – hari dengan penuh vitalitas dan kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih cukup energy untuk bersantai pada waktu luang dan menghadapi hal – hal yang sifatnya darurat.
4.      Laujut Usia
Menurut Budi Anna Keliat (1999 : 32) usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur ulang kehidupan manusia. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
Surini dan Utomo (2011 : 1) menyatakan bahwa lanjut usia bukanlah suatu penyakit, namun merupakan tahap akhir dari suatu proses kehidupan yang akan dijalani semua individu, ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan.
5.      Keseimbangan Dinamis
Menurut Barrow dan McGee (1979 : 223) keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan system neuromuscular kita dalam kondisi statis, atau mengontrol system neuromuscular tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang efisien selagi kita bergerak.
Menurut Harsono (1988 : 223) keseimbangan dinamis yaitu kemampuan orang untuk bergerak dari satu titik atau ruang ke lain titik atau ruang dengan mempertahankan keseimbangan.

F.     Anggapan Dasar dan Hipotesis
1.      Anggapan Dasar
Dalam melakukan penelitian diperlukan sebuah anggapan dasar, hal ini dimaksudkan untuk sebuah titik tolak di dalam penelitian itu sendiri. Penelitian yang dilakukan harus terdapat sebuah terkonsep dengan benar artinya dalam penelitian harus terdapat sebuh konsep yang dapat mendasari terhadap proses penelitian yang dilakukan. Anggapan dasar itu sendiri pada dasarnya merupakan sebuah konsep dasar dalam penelitian, hal ini berguna untuk mengetahui kebenaran terhadap sebuah penelitian. Menurut Prof.Dr.Winarno surahmad M.Sc.Ed (2006 : 65) Anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang keberadaannya diterima oleh penyelidik dan setiap penyelidik dapat merumuskan anggapan dasar yang berbeda.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa asumsi dasar bagi penulis sebagan anggapan pada sebuah penelitian di antaranya adalah :
a.       Penurunan fungsi fisiologis dan neurologis, terjadi pula penurunan berbagai kemampuan lainnya, antara lain penyesuaian diri terhadap proses pemulihan sesudah bekerja atau berlatih, sensitifitas pendengaran, ketajaman persyaratan secara umum, daya ingatan
b.      Sejalan dengan perkembangan senam kesegaran jasmani, untuk menunjang keberhasilan dalam melakukan latihan kesegaran jasmani, perlu ditunjang dengan keseimbangan dinamis. Menurut Harsono (1988 : 223) keseimbangan dinamis yaitu kemampuan orang untuk bergerak dari satu titik atau ruang ke titik lain atau ruang dengan mempertahankan keseimbangan.

2.      Hipotesis
Dalam sebuah penelitian diperlukan sebuah hipotesis, hal ini berguna sabagai jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian. Selain itu pula hipotesis dapat dijadikan sebagai awal terhadap pengujian kebenaran dari permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan pada anggapan dasar diatas, maka dalam penelitian ini ditentukan hipotesis penelitian yaitu sebagai berikut :
“Latihan SKJ Lansia Bugar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keseimbangan dinamis pada manusia usia lanjut”




BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Hakikat Latihan
Dalam kehidupan sehari – hari manusia tidak pernah lepas dengan kegiatan yang berhubungan dengan aktifitas fisik atau jasmani. Untuk itu kiranya perlu bagi setiap manusia untuk selalu meningkatkan atau mempertahankan  kesegaran jasmani. Sudah kita ketahui bahwa latihan merupakan unsur utama untuk meningkatkan atau mempertahankan kesegaran jasmani. Akan tetapi latihan yang bagaimana yang bisa meningkatkan kesegaran jasmani ?
Menurut Harsono (1984 : 27) dalam bukunya “ilmu coaching” mendefinisikan bahwa latihan adalah proses yang sistematis dari pada berlatih atau bekerja sama yang dilakukan secara berulang – ulang, dengan kian hari menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya.
Lebih lanjut Harsono (1988 : 102) menerangkan mengenai latihan sebagai berikut : dengan berlatih secara sistematis dan melalui pengulangan (repetitions) yang konstan, maka organisasi – organisasi mekanisme neurophysiologis kita akan menjadi tambah baik, gerakan – gerakan yang semula sukar dilakukan lama kelamaan akan merupakan gerakan – gerakan yang otomatis dan relative yang semakin kurang membutuhkan konsentrasi pusat – pusat saraf dari pada sebelum melakukan latihan – latihan tersebut.
Dengan demikian latihan yang dilakukan secara teratur dan berulang ulang bisa memperbaiki kesegaran jasmani. Akan tetapi latihan – latihan tersebut juga harus disesuaikan dengan kondisi khusus seseorang (anak – anak, orang dewasa, orang tua, orang sakit). Melalui latihan dapat ditingkatkan berbagai kemampuan, seperti kemampuan gerak kesegaran jasmani, kemampuan fisik, dan kemampuan kardiovaskuler. Latihan fisik yang teratur dapat menghambat proses penurunan kemampuan fungsi organ – organ tubuh termasuk transportasi oksigen keseluruh tubuh yang tetap baik bagi orang – orang lanjut usia. Dengan demikian secara umum dapat disimpulkan bahwa latihan olahraga untuk latihan olahraga untuk meningkatkan kesegaran jasmani khususnya bagi lanjut usia juga harus dilakukan secara teratur dan bertahap sesuai dengan ketentuan – ketentuan yang berlaku atau sesuai dengan prinsip – prinsip latihan.
Prinsip – Prinsip Latihan
Latihan yang baik adalah yang menaati prisip – prinsip latihan yang berlaku sehingga tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai dan akan terhindar dari usaha yang sia – sia.
Prinsip latihan bagi lanjut usia sebenarnya tidak jauh berbeda dengan latihan yang dilakukan pada usia sebelumnya. Agar sasaran latihan dapat dicapai, maka prinsip – prinsip latihan dasar, seperti pemanasan, latihan inti, dan pendinginan harus dilakukan secara tepat.


  1. Pemanasan
Pemanasan merupakan proses yang terjadi secara fisiologis maupun psikologis. Tujuan utama pemanasan adalah mempersiapkan organ – organ tubuh untuk kegiatan selanjutnya yang lebih berat. Gerakan – gerakan yang dilakukan dalam pemanasan adalah gerakan – gerakan yang tidak melelahkan dan gerakan yang disesuaikan dengan latihan inti yang akan dilakukan. Bagi lanjut usia tidak dibenarkan melakukan gerakan yang mendadak.
  1. Latihan inti
Latihan inti merupakan puncak latihan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai sesuai denga prinsip – prinsip latihan bahwa suatu latihan harus mempunyai suatu spesifikasi misalnya keseimbangan, kelentukan, koordinasi untuk orang lanjut usia. Dalam melakukan gerakan inti jumlah frekuensi denyut nadi harus berada dalam daerah latihan (training zone).
Dalam melakukan latihan olahraga ada beberapa faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya seseorang, antara lain :
a.       Intensitas latihan
b.      Lamanya latihan
c.       Frekuensi
Untuk menentukan tinggi rendahnya intensitas latihan biasanya menggunakan cara dengan memaksakan denyut nadi per menit, dan disesuaikan dengan umur masing – masing pelaku olahraga. Denyut nadi maksimal yang boleh dicapai seseorang yaitu, dengan menghitung 220 dikurangi umur.

  1. Pendinginan
Setelah melakukan latihan inti, sudah seharunya kondisi tersebut diturunkan sedikit demi sedikit, agar tekana darah dan pernapasan berangsur – angsur kembali normal, Barulah berhenti dan istirahat.
Latihan senam kebugaran jasmani lansia bugar merupakan salah satu senam yang dirancang sesuai dengan kebutuhan lanjut usia yaitu mengacu pada prinsip – prinsip latihan untuk lanjut usia.
Adapun prinsip latihan secara khusus untuk lansia menurut Iskandar (1999 : 33) adalah sebagai berikut :
  1. Pemanasan
Sebelum melakukan latihan., lanjut usia harus melakukan pemanasan yang cukup selama 5 – 10 menit. Untuk menyiapkan fisik dan psikis sebelum latihan dan untuk menghindari cedera.
  1. Frekuensi
Frekuensi latihan adalah jumlah kegiatan fisik yang dilakukan dalam jangka waktu satu minggu. Latihan kesegaran jasmani sebaiknya dilakukan paling sedikit 2 hari per minggu. Namun tidak boleh tiap hari.
  1. Lama latihan
Lama latihan adalah waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan fisik. Latihan kesegaran jasmani untuk lansia dilakukan 30 – 60 menit.

  1. Hakikat Senam Kebugaran Jasmani
Sedangkan senam itu sendiri secara umum diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai atau alat yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan daya tahan, kekuatan, kelentukan, kelencihan, koordinasi, serta control tubuh. Senam itu sendiri terbagi dalam beberapa jenis : menurut FIG (Federation Internasional de Gymnastique) senam dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu : senam artistic, senam ritmik sportif, senam akrobatik, senam aerobic sport, senam trampoline, dan senam umum. Senam umum merupakan jenis senam diluar kelima jenis senam menurut FIG diatas. Contoh dari senam umum itu sendiri adalah seperti senam si buyung, senam wanita, senam bayi, senam pagi, senam kesegaran jasmani, senam jantung sehat, dan lain – lain. Semakin bertambahnya populasi lansia, maka kesegaran jasmani melalui senam kesegaran jasmani bagi lansia mengeluarkan senam yang diperuntukkan bagi lanjut usia yang disebut dengan Senam Kesegaran Jasmani Lanjut Usia.
Prinsip dasar penyusutan senam kesegaran jasmani lanjut usia mengacu pada prinsip dasar olahraga untuk kesegaran jasmani dan kesehatan jantung paru, mencakup : kekuatan otot, ketahan otot, kelenturan, keseimbangan dan koordinasi.
Senam Kesegaran Jasmani Lanjut Usia terdiri dari tiga bagian, yaitu :
1.      Gerakan pemanasan atau sikap permulaan (6 latihan)
2.      Gerakan inti (10 latihan)
3.      Gerakan pendinginan (3 latihan)
Dari banyak gerakan – gerakan pada Senam Kesegaran Jasmani Lanjut Usia banyak gerakan yang berhubungan dengan peningkatan keseimbangan, seperti gerakan melangkah dan gerakan tangan yang bisa meningkatkan kekuatan otot, peningkatan sistem saraf dan lain – lain. Berdasarkan manfaat tersebut dan kaitannya dengan upaya peningkatan kualitas dan kesehatan penduduk lanjut usia (lansia) maka latihan kesegaran jasmani dapat membantu memperpanjang usia harapan hidup.

  1. Hakikat Lansia
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang manusia tidak secara tiba – tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak – anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat terjadi pada setiap mereka yang mencapai usia akhir.
Menua (menjadi tua) adalah suatu prose salami dan akan dialami oleh semua makhluk hidup baik itu manusia, hewan, tumbuhan dan lain – lain. Pada manusia proses menua menjadi suatu hal yang sangat menakutkan, karena masa tua akan banyak mengalami perubahan – perubahan baik secara fisik maupun mental. Perubahan – perubahan tersebut adalah terjadinya penurunan fungsi pada beberapa jaringan tubuh. Menurut Darmojo (2004 : 7) menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus  menerus (berlanjut) secara alamiah, yang dimulai sejak lahir dan umumnya dialami oleh makhluk hidup.
Di Indonesia, menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) Undang – undang No 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Sementara itu organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokkan lanjut usia sebagai berikut :
1.      Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 – 59 tahun.
2.      Lanjut usia (elderly) kelompok usia 60 – 74 tahun.
3.      Lanjut usia tua (old) kelompok usia 75 – sampai 90 tahun.
4.      Usia sangat tua (Very old) kelompok usia di atas 90 tahun.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa proses penuaan, akan banyak terjadi perubahan – perubahan dalam seluruh sistem organ tubuh, antara lain :
  1. Penurunan Kemampuan Fisiologis
Bertambahnya usia seseorang berpengaruh terhadap fungsi organ tubuh, setelah dewasa fungsi organ tubuh mengalami penurunan – penurunan kemampuan dalan melakukan aktifitas fisik dan kemampuan kerja menjadi menurun. Penurunan tersebut merupakan penyusutan jaringan tubuh secara bertahap, yang meliputi menurunnya jaringan otot (sel otot berkurang, ketahanan otot menurun, serta kekuatan otot berkurang), penurunan fungsi sistem kardiovaskuler, berkurangnya kapasitas vital patu – paru, dan penuruna kepadatan tulang.

  1. Penurunan Sistem Neurologis
Seiring dengan bertambahnya usia, integritas sistem saraf yang merupakan unsur vital dalam koordinasi respons muscular juga menurun dan berakibat menurunya kemampuan koordinasi gerakan dan keseimbangan. Kecepatan reaksi yaitu kecepatan merespon terhadap rangsangan, waktu reaksi dan waktu gerak mengalami penurunan, demikian pula persepsi kinestetik yang merupakan perasaan gerak untuk mengetahui posisi tubuh dalam gerak juga mengalami penurunan.
  1. Penurunan kemampuan lain
Selain penurunan fungsi fisiologis dan neurologis, terjadi pula penurunan berbagai kemampuang lainnya, antara lain :
1)      Penyesuaian diri terhadap proses pemulihan sesudah kerja atau berlatih
2)      Kontrol tubuh
3)      Sensitifitas pendengaran
4)      Ketajaman persyaratan secara umum
5)      Daya ingatan
Penurunan – penurunan fungsi organ tubuh diatas menjadika semua orang menjadi takut dan merasa khawatir denga kondisi mereka sendiri, akan tetapi sekarang tidak perlu takut dan khawatir karean semua penurunan fungsi organ tubuh tersebut bisa dihambat dengan melakukan aktifitas – aktifitas gerak.


  1. Hakikat Keseimbangan
Seperti kita dengar dan kita lihat, bahwa dengan bertambahnya usia akan berpengaruh pada tingkat kesegaran jasmani seseorang, salah satu dari komponen kesegaran jasmani tersebut adalah keseimbangan. Keseimbangan merupakan faktor yang sangat penting bagi manusia untuk melakukan aktifitas sehari – hari, karena kalau manusia tidak mempunyai keseimbangan mau berdiri saja tidak bisa, apalagi untuk melakukan aktifitas gerak yang lain.
Mengenai keseimbangan Oxedine (1988 : 223) memberikan pengertian Keseimbangan adalah mudahnya orang untuk mengontrol dan mempertahankan posisi tubuhnya.
Sementara itu Barrow dan McGee (1988 : 223) mendefinisikan keseimbangan sebagai berikut : keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan system neuromuscular kita dalam kondisi statis, atau mengontrol system neuromuscular tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang efisien selagi kita bergerak.
Dalam buku Biomekanika Dasar disebutkan bahwa keseimbangan ini terbagi menjadi dua yaitu :
1.      Keseimbangan statis, yaitu apabila pelakunya melakukan diatas benda yang relatif diam (pada waktu handstand, duduk, berdiri)
2.      Keseimbangan dalam gerak dinamis apabila pelakunya dalam keadaan gerak (pada waktu sedang berlari, naik sepeda).
Mekanisme kunci yang membantu daya keseimbangan yang utama lebih bersifat physiologis dari pada mekanik. System proprioseptive yang terdiri dari organ – organ sensoris yang member tahu tentang posisi tubuh dan menginformasikannya kepada sumsum tulang punggung dan otak.
Sedangkan keseimbangan itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
  1. Luas Bidang Tumpuan
Bidang tumpuan yang luas akan meningkatkan keseimbangan. Pengalaman menunjukkan bahwa berjalan diatas balok keseimbangan atau diatas rel kereta api lebih sulit dari pada kita berjalan diatas jalan raya. Masalahnya kita harus tetap menempatkan pusat berat badan kita diatas bidang tumpuan. Dapat dikatakan bahwa semakin luas bidang tumpuan akan semakin tinggi tingkat keseimbangannya.
Isosceles Triangle: CIsosceles Triangle: BIsosceles Triangle: A                                                                                                   


Gambar 2.1
Luas bidang tumpuan
Ket : gambar c mempunyai tingkat keseimbangan paling baik



  1. Letak pusat berat badan
Pusat berat badan manusia terletak pada bagian atas oc sacrum. Perubahan posisi tubuh akan menyebabkan perubahan letak pusat berat badan. Tubuh secara keseluruhan mempunyai titik – titik pusat berat badan yang terdapat di bagian – bagian anggota tubuh seperti : lengan tungkai dan lain – lain.



Gambar 2,2
Letak CG tubuh dan bagian – bagiannya (center of grafity)



  1. Massa benda
Massa atau berat sebuah benda akan berpengaruh pada kesetimbangan hanya kalau benda dalam bergerak atau ada pengaruh dari tenaga yang datangnya dari luar. Bila terjadi benturan dengan satu tenaga dari luar maka untuk menjaga kesetimbangan tubuh harus dimiringkan dan tumpuan diperluas kearah datangnya benturan.
  1. Letak garis berat
Makin dekat garis berat kepada titik pusat dasar penumpu, makin stabil keseimbangannya. Contoh : orang sedang duduk akan lebih seimbang disbanding orang yang sedang berdiri.
  1. Posisi segmen – segmen badan
Keseimbangan maksimum dari sebuah objek yang tersusun dari segmen – segmen dapat terjadi apabila titik berat dari semua segmen terletak pada suatu garis vertical di tengah – tengah dasar penumpu. Apabila ada suatu tambahan suatu beban maka titik berat akan bergeser kearah beban tambahan, dan garis berat juga akan bergeser.
  1. Faktor – faktor penglihatan dan psikologis
Perasaan pusing yang sering dialami bila orang berjalan dipinggir jurang yang curam, atau menyebrangi jembatan yang sempit yang airnya berputar – putar akan sangat berpengaruh terhadap keseimbangan.


  1. Faktor fisiologis
Faktor fisiologis berhubungan dengan bekerjanya alat pengatur keseimbangan dalam tubuh manusia yang disebut semicircular canals, bila alat ini terganggu maka setiap gangguan pada kondisi fisik umum akan mempengaruhi perasaan keseimbangan.
Latihan keseimbangan pada lanjut usia memegang peranan yang sangat penting dalam pemeliharaan kesegaran jasmani, dan salah satunya adalah keseimbangan dinamis. Jatuh dan cedera dapat dicegah dengan penguatan otot, meningkatkan ketahanan otot mempertahankan dan memperbaiki postur, memperbaiki ruang lingkup sendi, memperbaiki sistem saraf serta meningkatkan kewaspadaan, dan dari latihan – latihan tersebut sudah terdapat pada senam kesegaran jasmani lanjut usia yang diterangkan diatas.










BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

  1. Metode Penelitian
Menurut Arikunto (2006 : 60) berpendapat bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya, seperti angket, wawancara, pengamatan atau observasi, tes dan dokumentasi. Pada suatu penelitian penggunaan metode yang dipakai harus tepat dan mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sesuai dengan aturan yang berlaku, agar penelitian tersebut dapat diperoleh hasil sesuai tujuan yang diharapkan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Menurut Heri Jauhari (2010 : 35) metode eksperimen adalah metode yang dilakukan dengan percobaan, sedangkan menurut Soeharto (1993 : 82) metode eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian. Dengan desain penelitian menggunakan one group “pre-test dan post-test design (pretest-posted purposive group design). Yaitu untuk mengetahui variabel bebas dan variabel terikat, adapun yang menjadi variabel bebas adalah latihan senam kesegaran jasmani lanjut usia sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah keseimbangan dinamis pada lanjut usia. Setiap peserta lanjut usia diukur keseimbangan dinamisnya sebelum dan sesudah melakukan latihan senam kesegaran jasmani lanjut usia.
Adapun desain penelitian yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
X
 
Y2
 
Y1
 
P
 
S
 
                                                                                         

Gambar 3.1
Model Penelitian
Keterangan :
P   : Populasi
S   : Sampel
Y1 : Tes awal (pre-test)
X  : Latihan Senam Kesegaran Jasmani
Y2 : Tes Akhir (post-test)

  1. Populasi dan Sampel
  1. Populasi
Populasi dapat diartikan sebagai sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama – sama. Menurut sugiyono (2010 : 130) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek – obyek penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Sedangkan menurut Arikunto (2006 : 130) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi / studi sensus.
Sebagai fakta yang akan diteliti, maka dalam penelitian ini penulis melibatkan populasi dan sampel. Dari populasi dan sampel inilah penulis selanjutnya akan mendapatkan data serta keterangan yang akan dijadikan sebagai informasi jawaban terhadap permasalahan peneliatian.
Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah lansia anggota senam kesegaran jasmani lansia di Puskesmas Kalisari Pasar Rebo sebanyak 30 orang lansia.

  1. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Menurut Arikunto (2002 : 109) menjelaskan bahwa jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja. Semula populasi sebanyak 32 orang diberi criteria menjadi 15 orang.
Yang diambil sebagai sampel dengan syarat memenuhi criteria sebagai berikut :







Kriteria Penilaian 
Kriteria Pengeluaran
Orang yang telah berumur 60 tahun keatas
Tidak mengikuti latihan lebih dari 25% dari waktu yang ditetapkan
Orang yang sehat
Tidak hadir dalam tes akhir
Surat keterangan dari dokter

Bersedia mengikuti program latihan dengan sukarela dua kali semunggu selama dua bulan

Mampu berjalan paling sedikit sepuluh meter tanpa alat bantu


Tabel 3.1
Kriteria Penilaian Tes Kesimbangan Dinamis






  1. Waktu dan Tempat Penelitian
  1. Waktu Penelitian
Penelitian ini membutuhkan waktu 2 bulan yaitu pada bulan juli sampai dengan bulan September 2011, dari tanggal 1 juli 2011 sampai 23 september 2011, dengan waktu latihan 3 kali dalam seminggu.
  1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di halaman Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) Jalan Kalisari Raya Rt 04/ Rw 08 No 1, Kalisari, Pasar Rebo, Jakarta Timur.

  1. Desain dan Instrumen Penelitian
  1. Desain Penelitian
Menurut Nazir (2005 : 84) menyatakan “Desain penelitian merupakan proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit desain penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisis data saja.






 




































                                           Bagan Desain Penelitian




  1. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2010 : 192) instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang diguanakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data yang lebih mudah dan hasilnya lebih baik.
Instrument penelitian digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengukuran terhadap variabel – variabel yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu mengukur keseimbangan dinamis pada lanjut usia sebelum melakukan senam dan sesudah melakukan senam.
Dalam penelitian ini data diambil dengan cara Tes Keseimbangan Dinamis menurut Iskandar, dkk (1999 : 29) dengan prosedur pelaksanaan sebagai berikut :
  1. Alat yang digunakan
1)      Garis lurus sepanjang 5 meter
2)      Pluit
3)      Stopwatch
  1. 1)   Pemandu tes
2)   Penilaian keseimbangan





  1. Pelaksanaan
Para tester bersiap – siap digaris start, aba – aba : bersedia, siap, ya. Peserta tes berjalan lurus sepanjang 5 meter, dengan pandangan mata melihat kedepan dan tangan direntangkan lurus kesamping badan, setiap kaki yang dilangkahkan selalu berada pada garis. Tes ini dilakukan bolak balik.


Gambar 3.2
Pelaksanaan Tes Keseimbangan Dinamis



Penilaiannya : katagori baik diberikan bila peserta berhasil berjalan tanpa keluar garis. Katagori kurang diberikan bila peserta berjalan keluar garis
Tabel 3.2 Norma tes Keseimbangan lanjut usia menurut Iskandar, dkk (1999 :29)
Pelaksanaan Tes
Pengamatan
Katagori
Mata Terbuka
Badan Goyang
Sangat Kurang
Mata Tertutup
Badan Goyang
Kurang
Mata Terbuka
Badan Tidak Goyang
Baik
Mata Tertutup
Badan Tidak Goyang
Baik Sekali

  1. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Dengan penelitian ini menggunakan teknik statistik uji-t menurut Sudjana, dengan rumus sebagai berikut :
         MD
t =
             SE MD
Adapun langkah – langkahnya sebagai berikut :
1.      Menghitung Nilai Rata – rata
         ∑x
X =
          n
Keterangan Rumus :
X   = Rata – rata
∑x  = Jumlah
n     = Jumlah Sampel
2.      Mencari nilai simpangan baku :
S =              ( x1 – x2) 2
                                   n - 1

Keterangan Rumus :
S = Simpangan Baku
X = Skor
N = Banyaknya Sampel
3.      Uji Normalitas dari setiap variabel dengan uji Lillefors
Pengujuan normalitas dilakukan untuk melakukan pendekatan statistic yang digunakan untuk pengujian hipotesa. Adapun langkah – langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :
a.       Hitung terlebih dahulu nilai rata – rata dan simpangan baku dari data yang akan diuji.
b.      Kolom yang pertama diisi dengan memasukan data secara berurutan dari data yang nilainya terkecil terlebih dahulu dampai yang terbesar.
c.       Kolom yang kedua diisi dengan cara data yang akan dijadikan bilangan baku Z1, Z2,…………,Zn dengan menggunakan rumus :
          x1 - x
Z =                 ( x dan s masing – masing merupakan rata – rata dan
                    S
Simpangan baku sampel ) .
d.      Kolom yang ketiga diisi dengan bantuan tabel distribusi normal baku (tabel Z) dengan ketentuan, untuk nilai Z1 bertanda negative berarti 0,5 – hasil dari tabel Z nya sedangkan untuk yang bertanda positif berarti 0,5 + hasil dari tabel Z nya.
e.       Kolom yang keempat diisi dengan cara, untuk urutan yang pertama nilai S(Z1) = 1/n dan urutan yang kedua = 2/n dan seterusnya.
f.       Kolom yang kelima diisi dengan cara nilai dari F(Z1) dikurangi nilai dari S(Z1).
g.      Ambil angka/harga yang paling besar diantara angka – angka pada kolom kelima. Yang biasa disebut dengan L0
h.      Untuk menerima atau menolah hipotesis no;, kita bandingkan L0  ini dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar tabel untuk uji Lillifors untuk taraf nyata ( α ) yang dipilih. Kriterianya adalah sebagai berikut :
1)      Jika nilai L0 lebih besar dari L tabel maka distribusi tersebut tidak normal dan H0 diterima.
2)      Jika nilai L0 lebih kecil daro L tabel distribusinya normal dan H0 ditolak.
4.      Menguji homogenitas data dengan uji kesamaan
                     Varian terbesar
           F =
               Varian terkecil




5.      Menguji hipotesis
                                         X – Mo
                       Zhitung  =
                                             S
                                            √n
Keterangan
Zhitung              : Harga yang dihitung dan menunjukkan nilai standar deviasi           
                         dari distribusi normal ( tabel z )
X                    : Rata – rata nilai yang diperoleh dari nilai pengumpulan data
Mo                  : Nilai yang dihipotesiskan
S                     : Standar deviasi sampel yang dihitung
N                    : Jumlah sampel penelitian

6.      Kesimpulan












Tidak ada komentar:

Posting Komentar