BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang masalah
Perkembangan masyarakat modern dewasa
ini ditandai oleh berbagai perubahan perilaku dan gaya hidup. Sering kita
lihat, kita dengar dan kit abaca bahwa perilaku dan gaya hidup masyarakat
sekarang mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap masalah kesehatan
manusia.
Tidak bisa kita hindari lagi bahwa semua
makhluk hidup khususnya manusia mempunyai fase – fase yang sudah digariskan
oleh yang kuasa, antara lain adalah fase pertumbuhan atau perkembangan yang
biasa dialami pada masa kanak – kanak yang akan tumbuh berkembang menjadi
dewasa, pertumbuhan dan perkembangan itu mempunyai cirri –ciri antara lain :
perkembangan kekuatan otot, kekuatan tulang, massa otot, masa tulang,
perkembangan jaringa syaraf dan lain – lain. Setelah fase perkembangan maka
akan ada fase penurunan atau penuaan, yaitu hal – hal yang sebelumnya bisa
berkembang sekarang menjadi menurun. Fase – fase tersebut sangat identik dengan
umur manusia, bahwa manusia akan berkurang umurnya atau menjadi tua seiring
berjalannya waktu dan itu merupakan proses alamiah. Lanjut usia merupakan
istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk
lanjut usia menurut badan koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek
yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi, dan aspek social
(BKKBN : 1998). Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang
mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunya
daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian.
Gambaran umum dari manusia berusia
lanjut tidak begitu menyenangkan dan dianggap sebagai petaka karena akan
mengalami berkurangnya kemampuan fisik sehingga mudah terjangkit bermacam
penyakit.
Orang lanjut usia sering mengalami
kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari – hari dan tidak mandiri. Baru –
baru ini, U.S. Cutersfor Desease Control
and Prevention (CDC) melaporkan bahwa sebanyak 250.000 jiwa melayang setiap
tahun karena gaya hidup yang pasif. Kurangnya aktifitas fisik sekarang dianggap
sebagai factor resiko utama berbagai macam penyakit.
Klasifikasi berikut ini adalah lima
klasifikasi pada lansia : Pralansia (prasenilis) 45 – 59 tahun, lansia 60 tahun
atau lebih, lansia resiko tinggi 70 tahun atau lebih, lansia potensial (lansia
yang masih mampu melakukan pekerjaan), lansia tidak potensial ( lansia yang
tidak berdaya).
Menurut Budi Anna Keliat (1999 : 33)
berpendapat bahwa karakteristik lansia berusia lebih dari 60 tahun (sesuai
dengan pasal 1 ayat (2) UU No 13 tentang kesehatan, kebutuhan dan masalah yang
bervariasi dari rentang sahat sampai sakit, dan dari kebutuhan biopsikososial
sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif,
lingkungan tempat tinggal yang bervariasi. Pemerintah memberikan perhatian
besar terhadap lanjut usia, perhatian diwujudkan dalam bentuk pelayanan
kesehatan lanjut usia yang terprogram dan berkala dirumah sakit, puskesmas,
maupun dipanti – panti sosial yang menampung manusia lanjut usia. Perhatian
terhadap lanjut usia diharapkan terus berlanjut dan pelayanan ditingkatkan,
oleh karena jumlah lanjut usia akan terus bertambah banyak. Pada tahun 2000
jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar 7.28 % dan pada tahun 2020
menjadi sebesar 11.34 % (BPS 1992 : 9). Bahkan data biro sensus Amerika Serikat
memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan warga lanjut usia terbesar
diseluruh dunia pada yahun 1990 – 2025, yaitu sebesar 414 % (Kinsella dan
Tueuber, 1993 : 9)
Salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kualitas fisik sumber daya manusia Indonesia adalah melalui
kegiatan fisik yang dilakukan secara benar, teratur, dan terukur, yaitu dengan
melakukan latihan fisik atau latihan kesegaran jasmani.
Kegaran jasmani adalah suatu tingkat
kondisi seseorang untuk dapat melakukan aktivitas fisik secara berdaya sehingga
dapat menghasilkan tingkat produktivitas belajar dan produktivitas kerja yang
tinggi.
Kesegaran jasmani pada hakikatnya
berkenaan dengan kemampuan dan kesanggupan fisik seseorang untuk melaksanakan
tugasnya sehari – hari secara efisien dan efektif dalam waktu yang relatif lama
tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, dan masih memiliki tenaga cadangan
untuk melaksanakan aktifitas lainnya.
Kesegaran jasmani merupakan salah satu
tolak ukur kesehatan masyarakat. Lanjut usia yang memiliki kesegaran jasmani
yang tinggi selain sehat dan segar juga dapat melakukan aktifitas.
Dengan demikian seseorang yang mempunyai
tingkat kesegaran jasmani yang baik akan dapat melakukan kegiatan atau kegiatan
lain dengan baik tanpa merasa terlalu lelah. Ini juga beraarti bahwa kegiata
itu dapat dilakukan secara terus – menerus tanpa sakit atau lelah.
Pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS)
Kalisari merupakan salah satu pusat kesehatan masyarakat yang mempunyai
kepedulian terhadap para manusia usia lanjut dengan menampung para manusia usia
lanjut dan membimbingnya di tempat tersebut. Masala kesehatan para manula juga
dapat perhatian khusus di puskesmas tersebut, salah satunya adlah program
olahraga rutin dilakukan dan diikuti sebagian besar para manula. Senam
Kebugaran Jasmani merupakan bentuk latihan olahraga yang dilakukan di pusat
kesehatan masyarakat tersebut.
Oleh karena itu saya mencoba ingin
mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Senam Kebugaran Jasmani Lansia Bugar
Terhadap Keseimbangan Dinamis atau Fungsional”.
B.
Batasan
dan Rumusan Masalah
1.
Batasan
Masalah
Untuk
memperoleh gambaran serta hasil yang lebih jelas maka penulis membatasi
permasalahan dalam penelitian ini, hal ini dilakukan dengan asumsi agar
penelitian ini tidak menyimpang dari maksud dan sasaran dari penelitian.
Disamping itu pula hal ini dilakukan sebagai langkah untuk memudahkan dalam
proses penelitian yang dilaksanakan.
Dalam
penelitian ini peneliti melakukan penelitian dengan ruang lingkup penelitian
sebagai berikut :
a. Pengaruh
latihan senam kebugaran jasmani lansia bugar terhadap keseimbangan dinamis pada
manusia lanjut usia.
b. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen serta alat ukur yang digunakan
adalah Tes Keseimbangan Dinamis, berjalan melewati garis kemudian dicatat
beberapa kali manula melakukan kesalahan berjalan diatas garis.
2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
pada pemahaman latar belakang masalah, maka penulis selanjutnya menentukan
rumusan masalah yang akan dilakukan pada penelitian. Adapun masalah penelitian
tersebut selanjutnya penulis identifikasikan sebagai berikut :
“Berapa
besar pengaruh latihan Senam Kebugaran Jasmani lansia bugar dapat meningkatkan
keseimbangan dinamis pada manula” ?
C.
Tujuan
Penelitian
Dalam penelitian ini penulisa memiliki
tujuan penelitian di antaranya adalah sebagai berikut :
“Ingin mengetahui berapa besar pengaruh
latihan senam kebugaran jasmani lansia bugar dapat menungkatkan keseimbangan
dinamis pada manula”.
D.
Manfaat
Penelitian
Manfaat
yang bisa diambil dalam penelitian ini adalah :
1. Sebagai
bahan evaluasi sejauh mana Senam Kebugaran Jasmani Lansia Bugar dalam hal
meningkatkan keseimbangan dinamis, dan untuk mendapatkan data dasar bagi
penelitian lebih lanjut.
2. Memberikan
informasi kepada masyarakat tentang pentingnya memperbaiki keseimbangan
dianmis, antara lain dengan melakukan senam kebugaran jasmani lansia bugar
untuk mengurangi resiko jatuh pada orang lanjut usia.
3. Memberikan
informasi kepada masyarakat tentang pentingnya memperbaiki keseimbangan jalan,
antara lain dengan mengikuti Senam Kebugaran Jasmani Lansia Bugar untuk
mengurangi resiko jatuh disaat mempercepat jalan/
4. Dapat
menjadi sasaran untuk membina kebiasaan berolahraga untuk meningkatkan
kesegaran jasmani denga cara yang aman bagi lansia.
E.
Definisi
Operasional
Penafsiran seseorang terhadap suatu
istilah sering tidak sama sehingga dapat menimbulkan kekeliruan serta
kesalahpahaman, oleh sebab itu untuk menghindari perihal tersebut, maka dalam
penelitian ini peneliti membatasi beberapa istilah serta menjelaskan istilah
tersebut. Adapun beberapa istilah tersebut diantaranya :
- Pengaruh
Menurut Poerwadarminta (1976 : 731)
pengaruh yaitu : “Daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda,
dan sebagainya) yang berkuasa atau berkekuatan”. Sedangkan pengaruh positif
adalah daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda, dan
sebagainya) yang berkekuatan atau berkuasa yang sifatnya positif atau baik.
- Latihan
Menurut Harsono latihan adalah sebagai
berikut : dengan berlatih secara sistematis dan melalui pengulangan –
pengulangan yang konstan, maka organisasi – organisasi mekanisme neurophysiologis kita akan menjadi
bertambah baik, gerakan – gerakan yang semula sukar dilakukan lama kelamaan
akan merupakan gerakan – gerakan yang otomatis dan reflektif yang semakin
kurang membutuhkan konsentrasi pusat – pusat syaraf dari pada sebelum melakukan
latihan tersebut.
3. Senam
Kebugaran Jasmani
Menurut Sumosardjuno (1998 : 9) kebugaran
jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari – hari
dengan gampang tanpa merasa lelah yang berlebihan serta masih mempunyai
cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya untuk keperluan mendadak.
Menurut Winarno,dkk (1998 : 4) kebugaran
jasmani adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari – hari dengan penuh
vitalitas dan kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih
cukup energy untuk bersantai pada waktu luang dan menghadapi hal – hal yang
sifatnya darurat.
4. Laujut
Usia
Menurut Budi Anna Keliat (1999 : 32)
usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur ulang
kehidupan manusia. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No 13 Tahun
1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun.
Surini dan Utomo (2011 : 1) menyatakan
bahwa lanjut usia bukanlah suatu penyakit, namun merupakan tahap akhir dari
suatu proses kehidupan yang akan dijalani semua individu, ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan.
5. Keseimbangan
Dinamis
Menurut Barrow dan McGee (1979 : 223)
keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan system neuromuscular kita
dalam kondisi statis, atau mengontrol system neuromuscular tersebut dalam suatu
posisi atau sikap yang efisien selagi kita bergerak.
Menurut Harsono (1988 : 223)
keseimbangan dinamis yaitu kemampuan orang untuk bergerak dari satu titik atau
ruang ke lain titik atau ruang dengan mempertahankan keseimbangan.
F.
Anggapan
Dasar dan Hipotesis
1. Anggapan Dasar
Dalam melakukan penelitian diperlukan
sebuah anggapan dasar, hal ini dimaksudkan untuk sebuah titik tolak di dalam
penelitian itu sendiri. Penelitian yang dilakukan harus terdapat sebuah
terkonsep dengan benar artinya dalam penelitian harus terdapat sebuh konsep yang
dapat mendasari terhadap proses penelitian yang dilakukan. Anggapan dasar itu
sendiri pada dasarnya merupakan sebuah konsep dasar dalam penelitian, hal ini
berguna untuk mengetahui kebenaran terhadap sebuah penelitian. Menurut
Prof.Dr.Winarno surahmad M.Sc.Ed (2006 : 65) Anggapan dasar adalah sebuah titik
tolak pemikiran yang keberadaannya diterima oleh penyelidik dan setiap
penyelidik dapat merumuskan anggapan dasar yang berbeda.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa
asumsi dasar bagi penulis sebagan anggapan pada sebuah penelitian di antaranya
adalah :
a. Penurunan
fungsi fisiologis dan neurologis, terjadi pula penurunan berbagai kemampuan
lainnya, antara lain penyesuaian diri terhadap proses pemulihan sesudah bekerja
atau berlatih, sensitifitas pendengaran, ketajaman persyaratan secara umum,
daya ingatan
b. Sejalan
dengan perkembangan senam kesegaran jasmani, untuk menunjang keberhasilan dalam
melakukan latihan kesegaran jasmani, perlu ditunjang dengan keseimbangan
dinamis. Menurut Harsono (1988 : 223) keseimbangan dinamis yaitu kemampuan
orang untuk bergerak dari satu titik atau ruang ke titik lain atau ruang dengan
mempertahankan keseimbangan.
2.
Hipotesis
Dalam sebuah penelitian diperlukan
sebuah hipotesis, hal ini berguna sabagai jawaban sementara terhadap
permasalahan penelitian. Selain itu pula hipotesis dapat dijadikan sebagai awal
terhadap pengujian kebenaran dari permasalahan penelitian sampai terbukti
melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan pada anggapan dasar diatas,
maka dalam penelitian ini ditentukan hipotesis penelitian yaitu sebagai berikut
:
“Latihan SKJ Lansia Bugar memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap keseimbangan dinamis pada manusia usia
lanjut”
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A. Hakikat Latihan
Dalam kehidupan sehari – hari manusia
tidak pernah lepas dengan kegiatan yang berhubungan dengan aktifitas fisik atau
jasmani. Untuk itu kiranya perlu bagi setiap manusia untuk selalu meningkatkan
atau mempertahankan kesegaran jasmani.
Sudah kita ketahui bahwa latihan merupakan unsur utama untuk meningkatkan atau
mempertahankan kesegaran jasmani. Akan tetapi latihan yang bagaimana yang bisa
meningkatkan kesegaran jasmani ?
Menurut Harsono (1984 : 27) dalam
bukunya “ilmu coaching” mendefinisikan bahwa latihan adalah proses yang
sistematis dari pada berlatih atau bekerja sama yang dilakukan secara berulang
– ulang, dengan kian hari menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya.
Lebih lanjut Harsono (1988 : 102)
menerangkan mengenai latihan sebagai berikut : dengan berlatih secara
sistematis dan melalui pengulangan (repetitions) yang konstan, maka organisasi
– organisasi mekanisme neurophysiologis kita akan menjadi tambah baik, gerakan
– gerakan yang semula sukar dilakukan lama kelamaan akan merupakan gerakan –
gerakan yang otomatis dan relative yang semakin kurang membutuhkan konsentrasi
pusat – pusat saraf dari pada sebelum melakukan latihan – latihan tersebut.
Dengan demikian latihan yang dilakukan
secara teratur dan berulang ulang bisa memperbaiki kesegaran jasmani. Akan
tetapi latihan – latihan tersebut juga harus disesuaikan dengan kondisi khusus
seseorang (anak – anak, orang dewasa, orang tua, orang sakit). Melalui latihan
dapat ditingkatkan berbagai kemampuan, seperti kemampuan gerak kesegaran
jasmani, kemampuan fisik, dan kemampuan kardiovaskuler. Latihan fisik yang
teratur dapat menghambat proses penurunan kemampuan fungsi organ – organ tubuh
termasuk transportasi oksigen keseluruh tubuh yang tetap baik bagi orang –
orang lanjut usia. Dengan demikian secara umum dapat disimpulkan bahwa latihan olahraga
untuk latihan olahraga untuk meningkatkan kesegaran jasmani khususnya bagi
lanjut usia juga harus dilakukan secara teratur dan bertahap sesuai dengan
ketentuan – ketentuan yang berlaku atau sesuai dengan prinsip – prinsip
latihan.
Prinsip – Prinsip
Latihan
Latihan yang baik adalah yang menaati
prisip – prinsip latihan yang berlaku sehingga tidak menyimpang dari tujuan
yang ingin dicapai dan akan terhindar dari usaha yang sia – sia.
Prinsip latihan bagi lanjut usia
sebenarnya tidak jauh berbeda dengan latihan yang dilakukan pada usia
sebelumnya. Agar sasaran latihan dapat dicapai, maka prinsip – prinsip latihan
dasar, seperti pemanasan, latihan inti, dan pendinginan harus dilakukan secara
tepat.
- Pemanasan
Pemanasan merupakan proses yang terjadi
secara fisiologis maupun psikologis. Tujuan utama pemanasan adalah
mempersiapkan organ – organ tubuh untuk kegiatan selanjutnya yang lebih berat.
Gerakan – gerakan yang dilakukan dalam pemanasan adalah gerakan – gerakan yang
tidak melelahkan dan gerakan yang disesuaikan dengan latihan inti yang akan
dilakukan. Bagi lanjut usia tidak dibenarkan melakukan gerakan yang mendadak.
- Latihan inti
Latihan inti merupakan puncak latihan
yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai sesuai denga prinsip –
prinsip latihan bahwa suatu latihan harus mempunyai suatu spesifikasi misalnya
keseimbangan, kelentukan, koordinasi untuk orang lanjut usia. Dalam melakukan
gerakan inti jumlah frekuensi denyut nadi harus berada dalam daerah latihan
(training zone).
Dalam melakukan latihan olahraga ada
beberapa faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya seseorang, antara lain :
a. Intensitas
latihan
b. Lamanya
latihan
c. Frekuensi
Untuk menentukan tinggi rendahnya
intensitas latihan biasanya menggunakan cara dengan memaksakan denyut nadi per
menit, dan disesuaikan dengan umur masing – masing pelaku olahraga. Denyut nadi
maksimal yang boleh dicapai seseorang yaitu, dengan menghitung 220 dikurangi
umur.
- Pendinginan
Setelah melakukan latihan inti, sudah
seharunya kondisi tersebut diturunkan sedikit demi sedikit, agar tekana darah
dan pernapasan berangsur – angsur kembali normal, Barulah berhenti dan
istirahat.
Latihan senam kebugaran jasmani lansia
bugar merupakan salah satu senam yang dirancang sesuai dengan kebutuhan lanjut
usia yaitu mengacu pada prinsip – prinsip latihan untuk lanjut usia.
Adapun prinsip latihan secara khusus
untuk lansia menurut Iskandar (1999 : 33) adalah sebagai berikut :
- Pemanasan
Sebelum melakukan latihan., lanjut usia
harus melakukan pemanasan yang cukup selama 5 – 10 menit. Untuk menyiapkan
fisik dan psikis sebelum latihan dan untuk menghindari cedera.
- Frekuensi
Frekuensi latihan adalah jumlah kegiatan
fisik yang dilakukan dalam jangka waktu satu minggu. Latihan kesegaran jasmani
sebaiknya dilakukan paling sedikit 2 hari per minggu. Namun tidak boleh tiap
hari.
- Lama latihan
Lama latihan adalah waktu yang digunakan
untuk melakukan kegiatan fisik. Latihan kesegaran jasmani untuk lansia
dilakukan 30 – 60 menit.
- Hakikat Senam Kebugaran Jasmani
Sedangkan senam itu sendiri secara umum
diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai atau alat yang dirancang
untuk meningkatkan kemampuan daya tahan, kekuatan, kelentukan, kelencihan,
koordinasi, serta control tubuh. Senam itu sendiri terbagi dalam beberapa jenis
: menurut FIG (Federation Internasional de Gymnastique) senam dibagi menjadi 6
kelompok, yaitu : senam artistic, senam ritmik sportif, senam akrobatik, senam
aerobic sport, senam trampoline, dan senam umum. Senam umum merupakan jenis
senam diluar kelima jenis senam menurut FIG diatas. Contoh dari senam umum itu
sendiri adalah seperti senam si buyung, senam wanita, senam bayi, senam pagi,
senam kesegaran jasmani, senam jantung sehat, dan lain – lain. Semakin
bertambahnya populasi lansia, maka kesegaran jasmani melalui senam kesegaran
jasmani bagi lansia mengeluarkan senam yang diperuntukkan bagi lanjut usia yang
disebut dengan Senam Kesegaran Jasmani Lanjut Usia.
Prinsip dasar penyusutan senam kesegaran
jasmani lanjut usia mengacu pada prinsip dasar olahraga untuk kesegaran jasmani
dan kesehatan jantung paru, mencakup : kekuatan otot, ketahan otot, kelenturan,
keseimbangan dan koordinasi.
Senam
Kesegaran Jasmani Lanjut Usia terdiri dari tiga bagian, yaitu :
1. Gerakan
pemanasan atau sikap permulaan (6 latihan)
2. Gerakan
inti (10 latihan)
3. Gerakan
pendinginan (3 latihan)
Dari banyak gerakan – gerakan pada Senam
Kesegaran Jasmani Lanjut Usia banyak gerakan yang berhubungan dengan
peningkatan keseimbangan, seperti gerakan melangkah dan gerakan tangan yang
bisa meningkatkan kekuatan otot, peningkatan sistem saraf dan lain – lain.
Berdasarkan manfaat tersebut dan kaitannya dengan upaya peningkatan kualitas
dan kesehatan penduduk lanjut usia (lansia) maka latihan kesegaran jasmani
dapat membantu memperpanjang usia harapan hidup.
- Hakikat Lansia
Lanjut usia adalah bagian dari proses
tumbuh kembang manusia tidak secara tiba – tiba menjadi tua, tetapi berkembang
dari bayi, anak – anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan
perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat terjadi pada setiap mereka yang
mencapai usia akhir.
Menua (menjadi tua) adalah suatu prose
salami dan akan dialami oleh semua makhluk hidup baik itu manusia, hewan,
tumbuhan dan lain – lain. Pada manusia proses menua menjadi suatu hal yang
sangat menakutkan, karena masa tua akan banyak mengalami perubahan – perubahan
baik secara fisik maupun mental. Perubahan – perubahan tersebut adalah
terjadinya penurunan fungsi pada beberapa jaringan tubuh. Menurut Darmojo (2004
: 7) menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua merupakan proses yang terus
menerus (berlanjut) secara alamiah, yang dimulai sejak lahir dan umumnya
dialami oleh makhluk hidup.
Di Indonesia, menurut Pasal 1 ayat (2),
(3), (4) Undang – undang No 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa
lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
Sementara itu organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokkan lanjut usia
sebagai berikut :
1. Usia
pertengahan (middle age) kelompok
usia 45 – 59 tahun.
2. Lanjut
usia (elderly) kelompok usia 60 – 74
tahun.
3. Lanjut
usia tua (old) kelompok usia 75 –
sampai 90 tahun.
4. Usia
sangat tua (Very old) kelompok usia
di atas 90 tahun.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa
proses penuaan, akan banyak terjadi perubahan – perubahan dalam seluruh sistem
organ tubuh, antara lain :
- Penurunan Kemampuan Fisiologis
Bertambahnya usia seseorang berpengaruh
terhadap fungsi organ tubuh, setelah dewasa fungsi organ tubuh mengalami
penurunan – penurunan kemampuan dalan melakukan aktifitas fisik dan kemampuan
kerja menjadi menurun. Penurunan tersebut merupakan penyusutan jaringan tubuh
secara bertahap, yang meliputi menurunnya jaringan otot (sel otot berkurang,
ketahanan otot menurun, serta kekuatan otot berkurang), penurunan fungsi sistem
kardiovaskuler, berkurangnya kapasitas vital patu – paru, dan penuruna
kepadatan tulang.
- Penurunan Sistem Neurologis
Seiring dengan bertambahnya usia,
integritas sistem saraf yang merupakan unsur vital dalam koordinasi respons
muscular juga menurun dan berakibat menurunya kemampuan koordinasi gerakan dan
keseimbangan. Kecepatan reaksi yaitu kecepatan merespon terhadap rangsangan,
waktu reaksi dan waktu gerak mengalami penurunan, demikian pula persepsi
kinestetik yang merupakan perasaan gerak untuk mengetahui posisi tubuh dalam
gerak juga mengalami penurunan.
- Penurunan kemampuan lain
Selain penurunan fungsi fisiologis dan
neurologis, terjadi pula penurunan berbagai kemampuang lainnya, antara lain :
1) Penyesuaian
diri terhadap proses pemulihan sesudah kerja atau berlatih
2) Kontrol
tubuh
3) Sensitifitas
pendengaran
4) Ketajaman
persyaratan secara umum
5) Daya
ingatan
Penurunan – penurunan fungsi organ tubuh
diatas menjadika semua orang menjadi takut dan merasa khawatir denga kondisi
mereka sendiri, akan tetapi sekarang tidak perlu takut dan khawatir karean
semua penurunan fungsi organ tubuh tersebut bisa dihambat dengan melakukan
aktifitas – aktifitas gerak.
- Hakikat Keseimbangan
Seperti kita dengar dan kita lihat,
bahwa dengan bertambahnya usia akan berpengaruh pada tingkat kesegaran jasmani
seseorang, salah satu dari komponen kesegaran jasmani tersebut adalah keseimbangan.
Keseimbangan merupakan faktor yang sangat penting bagi manusia untuk melakukan
aktifitas sehari – hari, karena kalau manusia tidak mempunyai keseimbangan mau
berdiri saja tidak bisa, apalagi untuk melakukan aktifitas gerak yang lain.
Mengenai keseimbangan Oxedine (1988 :
223) memberikan pengertian Keseimbangan adalah mudahnya orang untuk mengontrol
dan mempertahankan posisi tubuhnya.
Sementara itu Barrow dan McGee (1988 :
223) mendefinisikan keseimbangan sebagai berikut : keseimbangan adalah kemampuan
untuk mempertahankan system neuromuscular kita dalam kondisi statis, atau
mengontrol system neuromuscular tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang
efisien selagi kita bergerak.
Dalam buku Biomekanika Dasar disebutkan
bahwa keseimbangan ini terbagi menjadi dua yaitu :
1. Keseimbangan
statis, yaitu apabila pelakunya melakukan diatas benda yang relatif diam (pada
waktu handstand, duduk, berdiri)
2. Keseimbangan
dalam gerak dinamis apabila pelakunya dalam keadaan gerak (pada waktu sedang
berlari, naik sepeda).
Mekanisme kunci yang membantu daya
keseimbangan yang utama lebih bersifat physiologis dari pada mekanik. System
proprioseptive yang terdiri dari organ – organ sensoris yang member tahu
tentang posisi tubuh dan menginformasikannya kepada sumsum tulang punggung dan
otak.
Sedangkan keseimbangan itu sendiri
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
- Luas Bidang Tumpuan
Bidang tumpuan yang luas akan
meningkatkan keseimbangan. Pengalaman menunjukkan bahwa berjalan diatas balok
keseimbangan atau diatas rel kereta api lebih sulit dari pada kita berjalan
diatas jalan raya. Masalahnya kita harus tetap menempatkan pusat berat badan
kita diatas bidang tumpuan. Dapat dikatakan bahwa semakin luas bidang tumpuan
akan semakin tinggi tingkat keseimbangannya.
Gambar 2.1
Luas bidang tumpuan
Ket
: gambar c mempunyai tingkat keseimbangan paling baik
- Letak pusat berat badan
Pusat berat badan manusia terletak pada
bagian atas oc sacrum. Perubahan posisi tubuh akan menyebabkan perubahan letak
pusat berat badan. Tubuh secara keseluruhan mempunyai titik – titik pusat berat
badan yang terdapat di bagian – bagian anggota tubuh seperti : lengan tungkai
dan lain – lain.
Gambar 2,2
Letak CG tubuh dan bagian –
bagiannya (center of grafity)
- Massa benda
Massa atau berat sebuah benda akan
berpengaruh pada kesetimbangan hanya kalau benda dalam bergerak atau ada
pengaruh dari tenaga yang datangnya dari luar. Bila terjadi benturan dengan
satu tenaga dari luar maka untuk menjaga kesetimbangan tubuh harus dimiringkan
dan tumpuan diperluas kearah datangnya benturan.
- Letak garis berat
Makin dekat garis berat kepada titik
pusat dasar penumpu, makin stabil keseimbangannya. Contoh : orang sedang duduk
akan lebih seimbang disbanding orang yang sedang berdiri.
- Posisi segmen – segmen badan
Keseimbangan maksimum dari sebuah objek
yang tersusun dari segmen – segmen dapat terjadi apabila titik berat dari semua
segmen terletak pada suatu garis vertical di tengah – tengah dasar penumpu.
Apabila ada suatu tambahan suatu beban maka titik berat akan bergeser kearah
beban tambahan, dan garis berat juga akan bergeser.
- Faktor – faktor penglihatan dan psikologis
Perasaan pusing yang sering dialami bila
orang berjalan dipinggir jurang yang curam, atau menyebrangi jembatan yang
sempit yang airnya berputar – putar akan sangat berpengaruh terhadap
keseimbangan.
- Faktor fisiologis
Faktor fisiologis berhubungan dengan
bekerjanya alat pengatur keseimbangan dalam tubuh manusia yang disebut
semicircular canals, bila alat ini terganggu maka setiap gangguan pada kondisi
fisik umum akan mempengaruhi perasaan keseimbangan.
Latihan keseimbangan pada lanjut usia
memegang peranan yang sangat penting dalam pemeliharaan kesegaran jasmani, dan
salah satunya adalah keseimbangan dinamis. Jatuh dan cedera dapat dicegah
dengan penguatan otot, meningkatkan ketahanan otot mempertahankan dan
memperbaiki postur, memperbaiki ruang lingkup sendi, memperbaiki sistem saraf
serta meningkatkan kewaspadaan, dan dari latihan – latihan tersebut sudah
terdapat pada senam kesegaran jasmani lanjut usia yang diterangkan diatas.
BAB
III
PROSEDUR
PENELITIAN
- Metode Penelitian
Menurut Arikunto (2006 : 60) berpendapat
bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya, seperti angket, wawancara, pengamatan atau
observasi, tes dan dokumentasi. Pada suatu penelitian penggunaan metode yang
dipakai harus tepat dan mengarah pada tujuan penelitian serta dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah sesuai dengan aturan yang berlaku, agar
penelitian tersebut dapat diperoleh hasil sesuai tujuan yang diharapkan.
Metode penelitian yang digunakan adalah
metode eksperimen. Menurut Heri Jauhari (2010 : 35) metode eksperimen adalah
metode yang dilakukan dengan percobaan, sedangkan menurut Soeharto (1993 : 82)
metode eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi
terhadap objek penelitian. Dengan desain penelitian menggunakan one group
“pre-test dan post-test design (pretest-posted purposive group design). Yaitu
untuk mengetahui variabel bebas dan variabel terikat, adapun yang menjadi
variabel bebas adalah latihan senam kesegaran jasmani lanjut usia sedangkan
yang menjadi variabel terikat adalah keseimbangan dinamis pada lanjut usia.
Setiap peserta lanjut usia diukur keseimbangan dinamisnya sebelum dan sesudah
melakukan latihan senam kesegaran jasmani lanjut usia.
Adapun
desain penelitian yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
|
|
|
|
|
Gambar
3.1
Model
Penelitian
Keterangan
:
P : Populasi
S : Sampel
Y1
: Tes awal (pre-test)
X : Latihan Senam Kesegaran Jasmani
Y2
: Tes Akhir (post-test)
- Populasi dan Sampel
- Populasi
Populasi dapat diartikan sebagai
sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama –
sama. Menurut sugiyono (2010 : 130) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas : obyek – obyek penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”.
Sedangkan menurut Arikunto (2006 : 130)
populasi adalah keseluruhan subjek penelitian apabila seseorang ingin meneliti
semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan
penelitian populasi / studi sensus.
Sebagai fakta yang akan diteliti, maka
dalam penelitian ini penulis melibatkan populasi dan sampel. Dari populasi dan
sampel inilah penulis selanjutnya akan mendapatkan data serta keterangan yang
akan dijadikan sebagai informasi jawaban terhadap permasalahan peneliatian.
Populasi yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah lansia anggota senam kesegaran jasmani lansia di
Puskesmas Kalisari Pasar Rebo sebanyak 30 orang lansia.
- Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Menurut Arikunto (2002 : 109) menjelaskan bahwa jika
kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut
disebut penelitian sampel. Dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive sampling adalah teknik
penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja. Semula populasi sebanyak 32 orang
diberi criteria menjadi 15 orang.
Yang diambil sebagai sampel dengan
syarat memenuhi criteria sebagai berikut :
Kriteria
Penilaian
|
Kriteria
Pengeluaran
|
Orang
yang telah berumur 60 tahun keatas
|
Tidak
mengikuti latihan lebih dari 25% dari waktu yang ditetapkan
|
Orang
yang sehat
|
Tidak
hadir dalam tes akhir
|
Surat
keterangan dari dokter
|
|
Bersedia
mengikuti program latihan dengan sukarela dua kali semunggu selama dua bulan
|
|
Mampu
berjalan paling sedikit sepuluh meter tanpa alat bantu
|
|
Tabel 3.1
Kriteria Penilaian Tes Kesimbangan Dinamis
- Waktu dan Tempat Penelitian
- Waktu Penelitian
Penelitian ini membutuhkan waktu 2 bulan
yaitu pada bulan juli sampai dengan bulan September 2011, dari tanggal 1 juli
2011 sampai 23 september 2011, dengan waktu latihan 3 kali dalam seminggu.
- Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di halaman
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) Jalan Kalisari Raya Rt 04/ Rw 08 No 1,
Kalisari, Pasar Rebo, Jakarta Timur.
- Desain dan Instrumen Penelitian
- Desain Penelitian
Menurut Nazir (2005 : 84) menyatakan
“Desain penelitian merupakan proses yang diperlukan dalam perencanaan dan
pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit desain penelitian
hanya mengenai pengumpulan dan analisis data saja.
Bagan Desain Penelitian
- Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2010 : 192) instrument
penelitian adalah alat atau fasilitas yang diguanakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data yang lebih mudah dan hasilnya lebih baik.
Instrument penelitian digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengukuran
terhadap variabel – variabel yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu mengukur
keseimbangan dinamis pada lanjut usia sebelum melakukan senam dan sesudah
melakukan senam.
Dalam penelitian ini data diambil dengan
cara Tes Keseimbangan Dinamis menurut Iskandar, dkk (1999 : 29) dengan prosedur
pelaksanaan sebagai berikut :
- Alat yang digunakan
1) Garis
lurus sepanjang 5 meter
2) Pluit
3) Stopwatch
- 1) Pemandu tes
2) Penilaian keseimbangan
- Pelaksanaan
Para tester bersiap – siap digaris
start, aba – aba : bersedia, siap, ya. Peserta tes berjalan lurus sepanjang 5
meter, dengan pandangan mata melihat kedepan dan tangan direntangkan lurus
kesamping badan, setiap kaki yang dilangkahkan selalu berada pada garis. Tes
ini dilakukan bolak balik.
Gambar
3.2
Pelaksanaan
Tes Keseimbangan Dinamis
Penilaiannya
: katagori baik diberikan bila peserta berhasil berjalan tanpa keluar garis.
Katagori kurang diberikan bila peserta berjalan keluar garis
Tabel 3.2 Norma tes Keseimbangan lanjut usia menurut
Iskandar, dkk (1999 :29)
Pelaksanaan
Tes
|
Pengamatan
|
Katagori
|
Mata
Terbuka
|
Badan
Goyang
|
Sangat
Kurang
|
Mata
Tertutup
|
Badan
Goyang
|
Kurang
|
Mata
Terbuka
|
Badan
Tidak Goyang
|
Baik
|
Mata
Tertutup
|
Badan
Tidak Goyang
|
Baik
Sekali
|
- Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Dengan penelitian ini menggunakan teknik
statistik uji-t menurut Sudjana, dengan rumus sebagai berikut :
MD
t =
SE MD
Adapun
langkah – langkahnya sebagai berikut :
1.
Menghitung
Nilai Rata – rata
∑x
X =
n
Keterangan Rumus :
X = Rata – rata
∑x = Jumlah
n = Jumlah Sampel
2.
Mencari
nilai simpangan baku :
S = ∑ ( x1 – x2) 2
n - 1
Keterangan Rumus :
S = Simpangan Baku
X = Skor
N = Banyaknya Sampel
3.
Uji
Normalitas dari setiap variabel dengan uji
Lillefors
Pengujuan normalitas dilakukan untuk
melakukan pendekatan statistic yang digunakan untuk pengujian hipotesa. Adapun
langkah – langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :
a. Hitung
terlebih dahulu nilai rata – rata dan simpangan baku dari data yang akan diuji.
b. Kolom
yang pertama diisi dengan memasukan data secara berurutan dari data yang
nilainya terkecil terlebih dahulu dampai yang terbesar.
c. Kolom
yang kedua diisi dengan cara data yang akan dijadikan bilangan baku Z1,
Z2,…………,Zn dengan menggunakan rumus :
x1 - x
Z = ( x dan s masing – masing
merupakan rata – rata dan
S
Simpangan baku sampel ) .
d. Kolom
yang ketiga diisi dengan bantuan tabel distribusi normal baku (tabel Z) dengan
ketentuan, untuk nilai Z1 bertanda negative berarti 0,5 – hasil dari tabel Z
nya sedangkan untuk yang bertanda positif berarti 0,5 + hasil dari tabel Z nya.
e. Kolom
yang keempat diisi dengan cara, untuk urutan yang pertama nilai S(Z1) = 1/n dan
urutan yang kedua = 2/n dan seterusnya.
f. Kolom
yang kelima diisi dengan cara nilai dari F(Z1) dikurangi nilai dari S(Z1).
g. Ambil
angka/harga yang paling besar diantara angka – angka pada kolom kelima. Yang
biasa disebut dengan L0
h. Untuk
menerima atau menolah hipotesis no;, kita bandingkan L0 ini dengan nilai kritis L yang diambil dari
daftar tabel untuk uji Lillifors untuk taraf nyata ( α ) yang dipilih.
Kriterianya adalah sebagai berikut :
1) Jika
nilai L0 lebih besar dari L tabel maka distribusi tersebut tidak
normal dan H0 diterima.
2) Jika
nilai L0 lebih kecil daro L tabel distribusinya normal dan H0 ditolak.
4.
Menguji
homogenitas data dengan uji kesamaan
Varian terbesar
F
=
Varian terkecil
5.
Menguji
hipotesis
X – Mo
Zhitung =
S
√n
Keterangan
Zhitung : Harga yang dihitung dan
menunjukkan nilai standar deviasi
dari distribusi normal
( tabel z )
X :
Rata – rata nilai yang diperoleh dari nilai pengumpulan data
Mo :
Nilai yang dihipotesiskan
S :
Standar deviasi sampel yang dihitung
N :
Jumlah sampel penelitian
6.
Kesimpulan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar