BAB I
PENDAHULUAN
Supervisi
diperlukan dan di laksanakan di segala bidang, termasuk pendidikan. Beberapa
hal yang melatar belakangi perlunya supervisi ; berkembangnya science dan
teknologi yang semakin cepat, perubahan social, susunan internasional, adanya
urbanisasi yang semakin meningkat, menyebabkan masalah baru dalam pendidiksn,
adanya tuntutan hak-hak asasi manusia yang juga menyebabkan problema bagi para
pendidik yang memerlukan pemecahan secara rational, suburnya birokrasi dapat
menghambat kelancaran dalam bidang pendidikan.
Supervisi tidak terlepaskan dari
adminisrtasi. Di mana ada administrasi, harus ada supervisinya; dan jika ada supervisi,
tentu ada sesuatu yang sedang dilaksanakan, ada administrasi sesuatu. Supervisi
dapat kita anggap sebagai suatu fase dari administrasi, atau mungkin juga
sebagai suatu segi dari administrasi.
Kalau kita sampai ke tahapan
pelaksanaan sesuatu usaha, maka kita perlu mangadakan pengawasan, pemeriksaan,
control, untuk mengetahui apa yang sudah dilaksanakan dan bagaimana
pelaksanaannya. Pengwasan dan pemeriksaan ini mencakup juga penilaian; apa yang
sudah baik, apa yang belum baik. Kemudian disambung dengan usaha untuk
meningkatkan cara bekerja dan hasil bekerja.
Kalau kita sampai kepada usaha
meningkatkan cara bekerja ini, maka kita harus melibatkan manusia-manusia
pelaksana dalam usaha ini. Kita mengawasi dan memeriksa manusianya; cara
bekerjanya, kemampuan yang dimilikinya, sikapnya dalam pekerjaan, dan kira
berusaha meningkatkan kemampuan dan sikap manusianya ini, agar diperoleh cara
bekerja yang lebih baik, dan dengan demikian diperoleh hasil bekerja yang lebih
baik.
Dan inilah yang kita maksudkan
dengan supervisi; pengawasan terhadap unsure manusianya yang kemudian dipakai
sebagai dasar usaha peningkatan kemampuan mereka, agar mereka dapat
meningkatkan usaha dan hasilnya.
BAB II
SUPERVISI
DAN RUANG LINGKUPNYA
Konsep
supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai berikut : “Supervision
is assistance in the devolepment of a better teaching learning situation”.
Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih
baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi
keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material, technique, method,
teacher, student, an envirovment). Situasi belajar inilah yang seharusnya
diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian
layanan supervisi tersebut mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan
pendidikan dan pengajaran.
Konsep supervisi tidak bisa disamakan
dengan inspeksi, inspeksi lebih menekankan kepada kekuasaan dan bersifat
otoriter, sedangkan supervisi lebih menekankan kepada persahabatan yang
dilandasi oleh pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik diantara guru-guru,
karena bersifat demokratis. Istilah supervisi pendidikan dapat dijelaskan baik
menurut asal usul (etimologi), bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang
terkandung dalam perkataan itu ( semantik).
1) Etimologi
Istilah supervisi diambil dalam
perkataan bahasa Inggris “ Supervision” artinya pengawasan di bidang
pendidikan. Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor.
2) Morfologis
Supervisi dapat dijelaskan menurut
bentuk perkataannya. Supervisi terdiri dari dua kata.Super berarti atas,
lebih. Visi berarti lihat, tilik, awasi. Seorang supervisor memang
mempunyai posisi diatas atau mempunyai kedudukan yang lebih dari orang yang
disupervisinya.
3) Semantik
Pada hakekatnya isi yang
terandung dalam definisi yang rumusanya tentang sesuatu tergantung dari orang
yang mendefinisikan. Wiles secara singkat telah merumuskan bahwa supervisi
sebagai bantuan pengembangan situasi mengajar belajar agar lebih baik. Adam dan
Dickey merumuskan supervisi sebagai pelayanan khususnya menyangkut perbaikan
proses belajar mengajar. Sedangkan Depdiknas (1994) merumuskan supervisi
sebagai berikut : “ Pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar
mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar
mengajar yang lebih baik “. Dengan demikian, supervisi ditujukan kepada
penciptaan atau pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Untuk
itu ada dua hal (aspek) yang perlu diperhatikan :
a.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
b.
Hal-hal yang menunjang kegiatan belajar mengajar
Karena aspek utama adalah guru, maka layanan dan aktivitas kesupervisian
harus lebih diarahkan kepada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru
dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Untuk itu guru harus memiliki
yakni : 1) ke-mampuan personal, 2) kemampuan profesional 3) kemampuan sosial
(Depdiknas, 1982).
Atas dasar uraian diatas, maka pengertian supervisi
dapat dirumuskan sebagai berikut “ serangkaian usaha pemberian bantuan kepada
guru dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor ( Pengawas
sekolah, kepala sekolah, dan pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan
hasil belajar mengajar. Karena supervisi atau pembinaan guru tersebut lebih
menekankan pada pembinaan guru tersebut pula “Pembinaan profesional guru“ yakni
pembinaan yang lebih diarahkan pada upaya memperbaiki dan meningkatkan
kemampuan profesional guru.
Supervisi dapat kita artikan sebagai
pembinaan. Sedangkan sasaran pembinaan tersebut bisa untuk kepala sekolah,
guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran supervisi diartikan pula
pembinaan guru.
B.
TUJUAN SUPERVISI PENDIDIKAN
1. Tujuan umum
Þ Membina
orang-orang yang disupervisi menjadi manusia dewasa yang sanggup
berdiri sendiri.
Þ Membina
orang-orang yang disupervisi menjadi manusia pembangunan dewasa yang
berpancasila.
Þ Perbaikan
situasi pendidikan dan pengajaran pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar
dan belajar pada khususnya.
2. Tujuan khusus
Þ Membantu
guru-guru lebih memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya
Þ Membantu
guru-guru untuk dapat lebih memahami dan menolong murid
Þ Memperbesar
kesnggupan guru mendidik murid untuk terjun ke msyarakat
Þ Memperbesar
kesadaran guru terhadap kerja yang demokratis dan kooperatif
Þ Membesar
ambisi guru untuk berkembang
Þ Membantu
guru-guru untuk memanfaatkan pengalaman yang dimiliki
Þ Memperkenalkan
karyawan baru kepada sekolah
Þ Melindungi
guru daru tuntutan tak wajar dari masyarakat
Þ Mngembangkan
professional guru
C.
FUNGSI SUPERVISI PENDIDIKAN
Fungsi- fungsi supervisi pendidikan yang sangat
penting diketahui oleh para pimpinan pendidikan termasuk kepala sekolah, adalah
sebagai berikut :
1.
Dalam bidang kepemimpinan
a)
Menyusun rencana dan policy bersama.
b)
Mengikutsertakan anggota-anggota kelompok
(guru-guru, pegawai) dalam berbagai kegiatan.
c)
Memberikan bantuan kepada anggota kelompok dalam
menghadapi dan memecahkan persoalan-persoalan.
d)
Membangkitkan dan memupuk semangat kelompok,
atau memupuk moral yang tinggi kepada anggota kelompok.
e)
Mengikutsertakan semua anggota dalam menetapkan
putusan-putusan.
f)
Membagi-bagi dan mendelegasikan wewenang dan
tanggung jawab kepada anggota kelompok, sesuai dengan fungsi-fungsi dan
kecakapan masing-masing.
g)
Mempertingi daya kreatif pada anggota kelompok.
h)
Menghilangkan rasa malu dan rasa rendah diri
pada anggota kelompok sehingga mereka berani mengemukakan pendapat demi
kepentingan bersama.
2.
Dalam hubungan kemanusiaan
a)
Memanfaatkan kekeliruan ataupun kesalahan –
kesalahan yang dialaminya untuk dijadikan pelajaran demi perbaikan selanjutnya,
bagi diri sendiri maupun bagi anggota kelompoknya.
b)
Membantu mengatasi kekurangan ataupun kesulitan
yang dihadapi anggota kelompok, seperti dalam hal kemalasan, merasa rendah
diri, acuh tak acuh, pesimis, dsb.
c)
Mengarahkan anggota kelompok kepada sikap-sikap
yang demokratis.
d)
Memupuk rasa saling menghormati diantara sesama
anggota kelompok dan sesama manusia.
e)
Menghilangkan rasa curiga – mencurigai antara
anggota kelompak.
3.
Dalam pembinaan proses kelompok
a)
Mengenal masing – masing pribadi anggota
kelompok, baik kelemahan maupun kemampuan masing-masing.
b)
Menimbulkan dan memelihara sikap
percaya-mempercayai antara sesama anggota maupun antara anggota dan pimpinan.
c)
Memupuk sikap dan kesediaan tolong menolong.
d)
Memperbesar rasa tanggung jawab para anggota
kelompok.
e)
Bertindak bijaksana dalam menyelesaikan
pertentangkan atau perselisihan pendapat dinatara anggota kelompok.
f)
Menguasai teknik – teknik memimpin rapat dan
pertemuan – pertemuan lainnya.
4.
Dalam bidang administrasi personel
a)
Memilih personel yang memiliki syarat-syarat dan
kecakapan yang diperlukan untuk suatu pekerjaan.
b)
Menempatkan personel pada tempat dan tugas yang
sesuai dengan kecakapan dan kemampuan masing – masing.
c)
Mengusahakan susunan kerja yang menyenangkan dan
meningkatkan daya kerja serta hasil maksimal.
5.
Dalam bidang evaluasi
a)
Menguasai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan
secara khusus dan terperinci.
b)
Menguasai dan memiliki norma – norma atau ukuran
– ukuran yang akan digunakan sebagai criteria penilaian.
c)
Menguasai teknik – teknik pengumpulan data untuk
memperoleh data yang lengkap, benar, dan dapat diolah menurut norma-norma yang
ada.
d)
Menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil
penilaian sehingga mendapat gambaran tentang kemungkinan– kemungkinan untuk
mengadakan perbaikan- perbaikan.
Adapun fungsi
supervisi pendidikan secara umum adalah sebagai berikut :
1. Penelitian
(research) → untuk memperoleh gambaran yang jelas dan objektif tentang suatu
situasi pendidikan
Þ Perumusan topik
Þ Pengumpulan data
Þ Pengolahan data
Þ Konlusi hasil penelitian
2. Penilaian
(evaluation) → lebih menekankan pada aspek daripada negative
3.
Perbaikan (improvement) → dapat mengatahui bagaimana situasi pendidikan / pengajaran pada umumnya dan situasi belajar
mengajarnya.
4. Pembinaan →
berupa bimbingan (guidance) kea rah pembinaan diri yang disupervisi
D.
PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI PENDIDIKAN
1. Prinsip-prinsip fundamental
Pancasila merupakan dasar
atau prinsip fundamental bagi setiap supervisor pendidikan Indonesia. Bahwa
seorang supervisor haruslah seorang pancasilais sejati.
2. Prinsip-prinsip praktis
a. Negatif
Þ Tidak
otoriter
Þ Tidak
berasas kekuasaan
Þ Tidak
lepas dari tujuan pendidikan
Þ Bukan
mencari kesalahan
Þ Tidak
boleh terlalu cepat mengharapkan hasil
b. Positif
Þ Konstruktif
dan kreatif
Þ Sumber
secara kolektif bukan supervisor sendiri
Þ Propessional
Þ Sanggup
mengembangkan potensi guru dkk
Þ Memperhatikan
kesejahteraanguru dkk
Þ Progresif
Þ Memperhitungkan
kesanggupan supervisid
Þ Sederhana
dan informal
Þ Obyektif
dan sanggup mengevaluasi diri sendiri
E.
JENIS-JENIS
SUPERVISI
Supervisi mengandung pengertian luas. Supervisi
dapat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan dengan jenis pekerjaan yang
dilakukan yaitu supervisi umum dan supervisi pengajaran. Disamping kedua jenis
supervisi tersebut ada pula istilah supervisi klinis, pengawasan melekat dan
pengawasan fungsional. Perbedaan antara jenis - jenis supervisi tersebut akan
dijelaskan dalam uraian berikut ini.
1
Supervisi
umum dan supervisi pengajaran
Supervisi umum adalah supervisi yang dilakukan
terhadap kegiatan – kegiatan atau pekerjaan yang secara tidak langsung
berhubungan dengan usaha perbaikan pengajaran seperti supervisi terhadap
kegiatan pengelolaan bangunan dan perlengkapan sekolah atau kantor – kantor
pendidikan, dsb.
Supervisi pengajaran adalah kegiatan – kegiatan
kepengawasan yang ditunjukan untuk memperbaiki kondisi – kondisi baik personal
maupun material yang memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar yang
lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan.
2
Supervisi
klinis
Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi
pengajaran. Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan
pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan,
pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar
sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang rasional ( Richard
Waller ).
3
Pengawasan
melekat dan pengawasan fungsional
Pengawasan melekat adalah suatu kegiatan
administrasi dan manajemen yang dilakukan oleh pimpinan satuan kerja untuk
mencegah terjadinya salah urus dan meningkatakan efisiensi dan efektifitas
kerja sesuai dengan kebijaksanaan Menteri P dan K, peraturan perundang –
undangan yang berlaku dan rencana yang ditetapkan.
Pengawasan fungsional adalah kegiatan – kegiatan
pengawasan yang dilakukan oleh orang – orang yang fungsi jabatannya sebagai
pengawas.
BAB III
SUPERVISOR
DALAM PENAMPILANNYA
Manajemen
Berbasis Sekolah yang merupakan refleksi pergeseran paradigma sistem
pengelolaan dan pembinaan pendidikan dari centralized system menuju
decentralized system menuntut kesadaran, komitmen, dan keterlibatan semua
pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan untuk saling bekerja sama dan
membangun sinergi mewujudkan sekolah efektif.
Supervisor, sebagai salah satu pemangku kepentingan pendidikan, memiliki
peran yang amat penting dalam mewujudkan sekolah efektif dalam kerangka
Manajemen Berbasis Sekolah, yang ditandai oleh pembelajaran yang bernuansa
Aktif, Senang, Interaktif dan Kreatif sehingga Efektif (ASIK – Efektif) dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Peran dan keberadaan supervisor semakin
diperlukan tidak hanya untuk memberikan bimbingan, bantuan dan pembinaan kepada
guru untuk meningkatkan kinerja dalam pengelolaan pembelajaran, tetapi yang
lebih penting adalah sebagai “perekat” (glue) bagi warga sekolah, sehingga
dapat saling bekerja sama mendukung tercapainya tujuan sekolah.
Namun demikian,
implementasi supervisi di lapangan masih sangat bervariasi. Bahkan di beberapa
sekolah, supervisi tidak dapat berjalan dengan optimal dan efektif dikarenakan
oleh beberapa faktor, antara lain kurang memadainya pengetahuan, keterampilan
dan pengalaman supervisor, termasuk pengawas dan kepala sekolah, maupun
pemahaman guru tentang supervisi yang belum memadai. Oleh karena itu, baik
supervisor maupun guru dan pihak – pihak yang disupervisi perlu secara pro
aktif menambah pengetahuan dan pemahaman mereka tentang supervisi agar terjalin
keterpaduan dan kerjasama sinergi dalam menunjang pelaksanaan supervisi di
sekolah. Untuk itulah disini kami selaku pemakalah mencoba sedaya mampu kami
untuk menjelaskan syarat-syarat seorang supervisor dan mungkin beberapa hal
yang berkaitan dengannya.
A. Ciri-ciri
Seorang Supervisor
Seorang
supervisor didalam pendidikan haruslah dibekali secara personal maupun
professional sifat-sifat dan pengetahuan yang sesuai dengan profesi jabatannya.
Supervisor hendaknya memiliki cirri-ciri pribadi yang baik, memiliki pembawaan
kecerdasan yang tinggi, pandangan yang luas mengenai proses pendidikan dalam
masyarakat, kepribadian yang menyenangkan dan kecakapan melaksanakan human relation yang baik. Di dalam
melaksanakan pekerjaanya, seorang supervisor dituntut dengan adanya rasa
tangggung jawab yang tinggi. Supervisor
yang baik selalu merassa dibimbing oleh penemuan-penemuan yang telah
didapat dari hasil penelitian pendidikan dan mempunyai kesempatan
untukmenyatakan pendapat-pendapat itu di dalam diskusi-diskusi kelompok dan
pertemuan-pertemuan perseorangan. Supervisor disini memimpin sumber dalam
segala bidang yang mengenai supervisi sekolah dan perbaikan pengajaran.
Menurut Kimball
wiles : “seorang supervisor berurusan dengan persiapan kepemimpinan yang
efektif di dalam staf”. Untuk melaksanakan ini, ia harus berusaha memperbaiki
dan mengembangkan sensivitasnya terhadap perasaan-perasaan orang lain, untuk
memperluas ketetapannya tentang anggapannya terhadap pendapat kelompok mengenai
hal-hal yang penting agar selanjutnya lebih dapat melaksanakan
hubungan-hubungan kerjasama yang kooperatif, untuk berusaha mencapai
tujuan-tujuan yang lebih tinggi bagi dirinya sendiri, dan untuk lebih sering
berhubungan dengan mereka didalam kelompok yang bekerja dengannya. Sehingga
didalam tata laksananya harus memiliki ilmu administrasi dengan sebaik-baiknya
dan memahami fungsi-fungsi administrasi sebaik-baiknya, untuk dapat menjalankan
fungsinya dengan baik seorang supervisor harus memiliki cirri-ciri dan
sifat-sifat sebagai berikut :
a. Berpengetahuan
luas tentang semua seluk beluk semua pekerjaan yang berada di bawah
pengawasannya
b. Menguasai
dan memahami benar-benar rencana dan program yang telah digariskan yang akan
dicapai oleh setiap lembaga atau bagian
c. Berwibawa
dan memilki kecakapan praktis tentang teknik-teknik kepengawasan terutama human
relation
d. Memiliki
sifat-sifat jujur, tegas, konsekuen, ramah dan rendah hati
e. Berkemauan
keras, rajin bekerja demi tercapainya tujuan atau program yang telah digariskan
atau disusun
Seperti semboyan pendidikan yang dipakai sebagai
lambing resmi Departemen P dan K sebenarnya merupakan sebagian akhir daei
falsafah pendidikan yang telah sejak lama dijalankan di Indonesia, antara lain
oleh Ki Hajar Dewantara dalam taman siswa yang berbunyi “ing ngarso sung tuladha,
ing maddya magun karsa, tut wuri handayani”. Yang artinya di depan
berperan sebagai teladan, di tengah turut membina kehendak atau motivasi, di
belakang mengikuti sambil mendidik. Mendidik adalah juga memimpin anak
didik.dengan demikian seorang pemimpin harus dapat menempatkan dirinya dalam
segala jenis peranan kepemimpinanya. Sebagai pemimpoin yang memberika contoh,
yang memberikan petunjuk apa yang harus dilaksanakan dan bagaimana
melaksanakannya, kemudian sebagai pemimpin yang dapat bekerja samadengan
orang-orang yang dipimpinnya, yang membantu dan mendorong mereka, dan juga
sebagai pemimpin yang berani menyerahkan segala tanggung jawab kepada yang
dipimpinnya, memberikan kesempatan kepada yang dipimpinnya untuk memperlihatkan
kemampuannya, tetapi sebagai pemimpin yang bertanggung jawab meskipun ia berada
di belakang ia tetap waspada dan memperhatikan dan mengawasi, dan siap turun
tangan jika diperlikan. Inilah gambaran paaralel dengan tipe-tipe otokratis,
kooperatif, dan free-rein yang telah dikemukakan.
B.
Ketrampilan – ketrampilan Supervisor
Setidaknya
seorang supervisor memiliki beberapa macam keterampilan yang berhubungan dengan
posisinya sebagai supervisor. Beberapa keterampilan itu antara lain:
1.
Keterampilan dalam kepemimpinan
(leadership)
Pemimpin
yang baik adalah pemimpin yang bisa menjalin hubungan yang harmonis dengan yang
dipimpin :
·
Working on : wibawa (power on)
·
Working for : pembantu bagi orang yang
disupervisi
·
Working mithin : bersama-sama
2.
Keterampilan dalam proses kelompok
Supervisor
harus terampil :
·
Membangkitkan semangat kerjasama
·
Merumuskan tujuan
·
Merencanakan bersama
·
Mengambil keputusan bersama
·
Menciptakan tanggung jawab bersama
·
Menilai dan merivisi bersama
3.
Keterampilan dalam hubungan insani
(human relation)
Supervisor tidak
semata-mata berurusan dengan aspek meteril tetapi berhadapan dengan
manusia-manusia yang berbeda perilaku.
·
Hubungan pribadi : pribadi orang yang
bersangkutan
·
Hubungan fungsionil : fungsi yang
dijalankan seseorang
·
Hubungan instrumental : didasarkan atas
pandangan memperalat bawahan
·
Hubungan konsensionil : didsarkan atas
kebiasaan atau kelaziman yang berlaku.
4.
Keterampilan dalam administrasi personal
Supervisor harus
terampil :
·
Menyeleksi anggota/karyawan baru
·
Mengorientasi anggota/karyawan baru
·
Menempatkan dan menugaskan sesuai
kecakapan
·
Membina
5.
Keterampilan dalam evaluasi (evaluation)
·
Merumuskan tujuan dan norma-norma
·
Mengumpukan fakta-fakta perubahan
·
Menterapkan criteria dan menyusun
pertimbangan
·
Merevisi rencana yang disusun
C.
Tipe
– tipe Supervisor pendidikan
Kemudian setelah
memenuhi keterampilan diatas, kita akan mengetahui berbagai macam type-type
seorang supervisor pendidikan. Type-typenya antara lain :
1. Otokratis :
supervisor penentu segalanya
2. Demokratis :
mementingkan musyawarah mufakat dan bekerjasama atau gontong royong secara
kekeluargaan.
3. Manipulasi
diplomatis : mengarahkan orang yang disupervisi untuk melaksanakan apa yang
dikehendaki supervisor dengan cara musulihat
4. Laissez-faire
: memberikan kebebasan dan keleluasan kepada orang yang disupervisi untuk
melakukan apa yang dianggap mereka baik.
D. Peranan
Supervisor
Untuk
mewujudkan pemberdayaan akuntabilitas professional guru, budaya sekolah sebagai
organisasi belajar, dan manajement sumberdaya pendidikan, perlu dicapai
kesamaan persepsi diantara pengawas, kepala sekolah dan guru-guru tentana tugas
pokok sekolah sebagai “a place for better learning”. Kondisi ini dapat
diciptakan melalui pemasyarakatan pemahaman dan praktek management mutu
terpadu. Dengan peranan supervisor sebagai manager ini pembinaan professional
terhadap guru kiranya dapat dilaksanakan untuk memberdayakan akuntabilitas
seorang guru sebagai supervisor siswa dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu
proses dan hasil pembelajaran.
Seorang
pemimpin pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor sesuai dengan pengertian
hakiki dari supervisiitu sendiri, maka peranan supervisor adalah mensuport
(supporting), membantu (assisting), dan mengikut sertakan (sharing). Bahwasanya supervisor dapat
menciptakansuasana sedemikian rupa sehingga orang yang dibimbingnnya meras aman
dan bebas dalam mengembangkan potensi dan mengembangkan potensi dan daya kreasi
mereka dengan penuh tanggung jawab.
Suasana yang demikian hanya dapat terjadi bila kepemimpinan dari supervisor itu
bersifat demokratis bukan otokratis.
Kebanyakan
guru seolah-olah tidak mengembangkan
inisiasi dan kretivitasnuya karena supervisordalam meletakan interaksi dan
interelasi, yang bersifat mematikan kamungkinan –kemungkinan perkembangan ini.
Untuk dapat
melaksanakan tugasnya seorang pengawas hendaknya melakukan perananya sebagai
berikut:
a.
Memimpin/ mempelopori pembaharuan
Kepemimpinan supervisor disini
adalah kepemimpinan pendidikan, yang membantu perkembangan yang didiknya.
Supervisor sebagai seeorang pemimpin akan mendapat keprcayaan dan pengaruh yang
besar dengan nasehat, saran, dan jika perlu perintahnya. Dengan demikian
dapatmenimbulkan perubahan dalam cara berfikir, dalam sikap dan tingkah laku
yang dipimpinnya itu.
Dengan kelebihan yang dimilikinya, ialah kaelebihan
pengetahuan dan atau pengalaman, ia membantu guru-guru agar mereka dapat
brkembang menjadi yang lebih baik, lebih percaya diri, lebih bertanggung jawab
lebih mampu melaksanakan tugasnya. Bantuan dan bimbingan
yang diberikan kepada guru - guru itu
tidak akan selama - lamanya. Suatu ketika mereka memerlukan
bantuan seperti itu dengan tingkat bimbingan yang lebih tinggi, dan nantinya
mereka mampu menjadi pemimpin seperti supervisor pendidikan dalam hal ini kepala sekolah, penilik, dan pengawas.
Untuk maksud tersebut para pengawas harus mampu mengembangkan program-program
latihan dan pengembangan dengan cara merencanakan pertemuan atau penataran
sesuai dengan kebutuhan setempat. Forum MGBS, SPKG/PKG misalnya dapat
dimanfaatkan untuk maksud tersebut.
Dalam visi
supervisor “ memimpin adalah
menimbulkan kepemimpinan pada yang dipimpin ”.
Sebagaimana
kepemimpinan seorang pendidik yang mendidik anak didiknya menjadi dewaasa dan
mampu berdiri sendiri begitu
pula kepemimpinan seorang supervisor yang membantu mengembangkan guru - guruyang
dipimpinnya menjadi orang yang bertanggung jawab, yang dapat bekerja sendiri
dan akhirnya dapat memimpin.
b.
Menginspeksi
Inspeksi dalam
supervisor pendidikan adalah titik
tolak untuk selanjutnya diteruskan dengan kegiatan - kegiatan
superviasi. Setiap administrasi memerlukan inspeksi yaitu control sampai dimana
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dan dijalankan. Hasil control ini akan memperlihatkanbbeberapa hal yang
menimbulkan pertanyaan –pertanyaan : mengapa begini? apa sebabnya sampai saat inni target
tidak terpenuhi? dimana letak kesalahannya? dan
bagaimana memperbaikinya? Dari
pertanyaan pertanyaan tersebut maka akan menimbulkan dorongan pada supervisor
untuk melakukan tindakan penelitian untuk selanjutnya, sehingga dapat
mengidentifikasi masalah-masalah pengajaran dan mempelajari factor-faktor yang
mempengaruhinya.
c.
Mengadakan penelitian
Permulaan yang
terbaik bagi supervisor adalah mengenal dan meemahami masalah-masalah
pengajaran. Dengan demikian seorang supervisor perlu mengidentifikasi masalah-masalah pengajaran dan
mempelajari factor-faktor atau sebab - sebab yang mempengaruhinya sebagai hasil
dari inspeksi, kemudian diadakanlah usaha untuk memperoleh data yang lebih
lengkap, lebih obyektif dan lebih relevan. Didalam penelitian ini supervisor
akan memperoleh sebab-sebab yang menghambat proses belajar dan hasil
belajarnya. Seorang supervisor akan
mencari metode yang tepat untuk dapat mengurangi kesalahan dan meningkatkan
proses dan hasil belajar. Setelah masalah tersebut dapat diatasi tinggalah
supervisor membuat data yang dapat dipakai untuk menyusun program peningkatan guru. Dengan hasil diatas maka penelitian
memungkinkan untuk mengadakan kegiatan-kegiatan dalam rangkapeningkatan guru.
d.
Melatih dan membimbing
Dari kesimpulan
yang dihasilkan dalam penelitian akan memberikan latihan kepada guru-guru
sebagai usaha peningkatan kemampuan profesionalnya sesuai dengan kebutuhan
mereka. Latihan itu dapat berupa diskusi , demonstrasi, penatarantugas-tugas
tertentu yang harus dikerjakan, melakukan observasi dan sebagainya.setelah
dilatih para guru perlu mendapatkan dorongan dan bimbingan, mendapat
petunjuk-petunjuk bagaimana menerapkan hasil latihan yang telah diperoleh.
Mengetahui lebih banyak dan memiliki keterampilan lebih tinggi, belum berarti adanya
kemauan dan kemampuan untuk mengaplikasikan pngetahuan serta keterampilan itu
dalam proses belajar mengajar. Untuk itu diperlukan dorongan dan bimbingan yang
merupakan bantuan kepada setiap guru secara pribadi dan perorangan.
e.
Sebagai sumber dan pelayanan
Supervisor
sebagai sumber bagi mereka
yang disupervisi dalam bentuk nasehat. Sumber petunjuk, sumber pengetahuan, dan sumber idea. Sedikitnya ia merupakan sumber informasi yang dapat memberi tahu dimana dan
bagaimanamemperoleh sumber yang diperlukan. Sebagai contoh : apabila ada
seorang guru yang belum menguasai kurikulum atau tata cara menyusun tujuan
intruksional kaarena petunjuk yang ada terlalu singkat dan penataran yang
pernah diadakan tidak cukup jelas, maka supervisor harus berusaha membantu mencarikan
sumber lain yang dapat memenuhi kebutuhan itu.
Dengan
memberi nasehat untuk menggunakan sumber dari buku tertentu, atau dengan
mencari recource person (ahlinya) untuk diundang kesekolah tempat gru mengajar. Bertindak sebagai sumber yang diharapkan
itu membutuhkan kesungguhan, kemauan, dan tentunya pengetahuan yang luas kemudian memiliki cukup kesediaan untuk
membantu, melayani guru-guru itu dalam kemampuanya.
f.
Sebagai koordinasi
Fungsi
koordinatif dalam supervisi pendidikan terutama diperankan oleh kepala sekolah
disekolahnya. Kepala sekolah haru memimpin sejumlah anggota dan staff, yang
masing-masing harus dibantu dan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan masing-masing. Guru yang kurang sesuai dengan metode mengajarnya,
yang kurang beres administreasi kelasnya, yang kurang dapat bergaul dengan
sesame guru atau dengan orang tua murid, yang kyrang berusaha menyesuaikan
pengetahuannya dengan kemajuan dan perkembangan zaman itu membutuhkan bantuan
dari superviso yaitu kepala sekolahnya.
Kemampuan
dan kebutuhan guru masing-masing berbeda karena bakat, minat, perhatianh,
lingkungan hidup, dan latar belakang pendidikanya. Akan tetapi semua guru harus
tetap menyadaribahwa mereka bekerja untuk tujuan yang sama, ialah keberhasilan
pendidikan sekolah dan pengajaran sekolah. Karena diantara mereka tidak boleh
adanya persaingan melainkan kerja sama. Kepala sekolah harus membagi
perhatiannya kepad semua guru, dapat mengatur car kerja mereka, pembagian tugas
yang adil dan merata, sehingga terpelihara sifat kooperatif.
Seorang
pengawas perlu memperhatikan factor kerja sama di sekolah yang dikunjunginya.
Kepala sekolah perlu dibantu untuk menjadi koordinasi yang baik.dua orang
pengawas juga harus koordinasi pula, yang menguasai masalah pembagian tugas dan
dinamika kelompok.
g.
Supervisi sebagai Evaluasi
Evaluasi dalam pendidikan adalah untuk
mengetahui apa yang telah dilaksanakan oleh guru dalam kondisi dan situasi
tertentuuntuk mencapai kegiatan belajar mengajar yang maksimal. Dengan
demikian dapat diketahui kekuatan dan kelemahannya, kelebihan dan
kekurangannya, dan factor-faktor apa yang telah merupakan pendorong atau
penghambatdalamusahanya itu. Pelaksanaan
evaluasi dalam supervisi berbeda pula dari pelaksanaan ujian dan inspeksi.
Dalam
ujian atau inspeksi penilaian dilakukan sepihak, yang dinilai tidak
diikutsertakan dalam persiapan, penentuan, persyaratan dan pengelolaan
hasilnya. Evaluasi supervisi mengikutsertakan guru sejak perencanaanya sampai
penetuan hasilnya karena gurulah yang seharusnya lebih tahu tenyang situasi dan
dikondisi disekolahnya, dan tentabg kebutuhanya. Supervisor berfungsi sebagai
pembantu yang bersama-sama dengan guru
itu turut mencari dan menemukan hal-hal yang perlu ditingkatkan serta bagai
mana meningkatkannya. Dengan
mengikutsertakan guru itu sendiri dalam seluruh proses evaluasi, sampai kepada
pengolahannya, maka ia akan lebih menyadari kelemahannya dan kekurangannya,
sehingga ia akan lebih sunguh-sungguh berusaha meningkatkan dirinya, tanpa
paksaan atau tekanan dari orang lain. Evaluasi dalam supervisi
bersifat kooperatif, dilakukan atas dasr kerjasama antara supervisor dan yang
disupervisi.
Tugas lain bagi seorang
supervisi atau pengawas akademik, yakni mencakup hal-hal berikut:
Mengupayakan agar guru lebih bersungguh-sungguh dan
bekerja lebih keras serta bersemangat dalam mengajar.
Mengupayakan agar sistem pengajaran ditata sedemikian
rupa sehingga berlaku prinsip belajar tuntas, yaitu guru harus berupaya agar
murid benar-benar menguasai apa yang telah diajarkan dan tidak begitu saja
melanjutkan pengajaran ke tingkat yang lebih tinggi jika murid belum tuntas
penguasaannya.
1.
Memberikan
tekanan (pressure) terhadap guru untuk mencapai tujuan pengajarannya, dengan
disertai bantuan (support) yang memadai bagi keberhasilan tugasnya.
2.
Membuat
kesepakatan dengan guru maupun dengan sekolah mengenai jenis dan tingkatan dari
target output yang harus mereka capai sehubungan dengan keberhasilan
pengajaran.
3.
Secara
berkala melakukan pemantauan dan penilaian (assessment) terhadap
keberhasilan (efektifitas) mengajar guru, khususnya dalam kaitannya dengan
kesepakatan yang dibuat pada butir (4) di atas.
4.
Membuat
persiapan dan perencanaan kerja dalam rangka pelaksanaan butir-butir di atas,
menyusun dokumentasi dan laporan bagi setiap kegiatan, serta mengembangkan
sistem pengelolaan data hasil pengawasan.
5.
Melakukan
koordinasi serta membuat kesepakatan-kesepakatan yang diperlukan dengan kepala
sekolah, khususnya dalam hal yang berkenaan dengan pemantauan dan pengendalian
efektifitas pengajaran serta hal yang berkenaan dengan akreditas sekolah yang
bersangkutan.
BAB
IV
PENENEMPATAN
GURU DAN MUTASI PIMPINAN
A. Masalah Penempatan Guru
Dari pengalaman kita mendengar
ataupun menyaksikan bahwa pengangkatan dan penempatan guru merupakan masalah
yang tidak mudah, memerlukan beberapa pertimbangan dna pemikiran.
Beberapa hal yang menyebabkan kesulitan dalam
pengangkatan dan penempatan guru dapat dikemukakan di sini antara lain :
1.
Besarnya
hasrat pada guru-guru untuk melanjutkan studi guna mencapai ijazah yang lebih
tinggi sehingga banyak di antara mereka memilih tempat bekerjanya di kota-kota
besar.
2.
Makin
berkurangnya animo untuk ke sekolah guru sehingga jumlah guru yang dihasilkan
tiap tahun kurang dapat memenuhi kebutuhan jumlah tenaga guru yang diperlukan.
Akan tetapi hal ini justru terjadi sebaliknya, dengan perhatia pemerintah yang
besar untuk pemerintahan sekarang ini, maka banyak lulusan SMA atau sederajat
memilih meneruskan studinya di jalur pendidikan .
3.
Sejajar
dengan no. 2 di atas, terlihat adanya kecenderungan semakin banyak siswa
perempuan yang masuk ke sekolah guru, tidak sebanding denagn jumlah laki-laki.
Sedangkan pengangkatan dan penempatan guru perempuan lebih memerlukan banyak
pertimbangan daripada bagi guru laki-laki.
4.
Khusus untuk
SLP dan SLA, kekurangan guru vak eksakta dan keterampilan sangat menonjol, di
samping melimpahnya jumlah guru vak umum seperti bahasa dan ips.
5.
Adanya
sisitem pengajian yang masih menggunakan “Sistem Skala Tunggal” mono scale sistem seperti PGPS-68 yang kurang menguntungkan
bagi jabatan guru.
6.
Administrasi
kepegawaian yang sangat demokratis sehingga menghambat kelancaran prosedur
pengangkatan dan penempatan guru-guru
dan pegawai pada umumnya.
7.
Last but not least: belum adanya perencanaan (planning) yang matang
dari tiap departemen atau kementrian, khususnya yang menyangkut pendidikan.
Barapa sebenarnya jumlah guru yang diperlukan bagi tiap daerah menurut jenis
dan tingkatan sekolah serta jenis mata pelajaran, belum diperoleh data yang
pasti dan meyakinkan. Perencanaan yang matang bukanlah hal yang mudah, karena
membutuhkan waktu, biaya serta keahlian khusus.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
Dengan
tidak melupakan adanya kesulitan yang telah diuraikan di atas dalam usaha
mengangkat dan menempatkan guru beberapa hal yang berikut ini perlu mendapat
perhatian:
1.
Pengangkatan
dan penempatan guru hendaknya didasarkan atas hasil seleksi dan kualifikasi
yang telah diadakan sebelumnya.
2.
Disesuaikan
dengan kebutuhan yang sebenarnya dari sekolah yang bersangkutan (sesuai dengan
hasil supervisi dan laporan kepala sekolah).
3.
Jarak antara
tempat tinggal guru dan sekolah. Jika perlu guru itu pindah tempat mendekati
sekolah. Lebih baik lagi jika di sekolah tersedia perumahan guru-guru.
4.
Untuk
sekolah-sekolah tertentu mungkin perlu pula dipertimbangkan jenis kelamin dan
status perkawinan (sudah kawin atau belum).
5.
Latar
belakang pendidikan dan pengalaman kerja sebagai guru.
6.
Keahlian
khusus dan hobby yang dimilikinya.
7.
Hal-hal lain
yang mungkain masih diperlukan,sesuai dengan rencana jangka panjang dari
instansi atau sekolah yang bersangkutan.
Semua
pertimbangan tersebut di atas hendaknya dijalankan atas dasar demi kelancaran
dan tercapainya tujuan pendidikan di sekolah bersangkutan, dan bukan semata-mata didasarkan atas kepentingan
pribadi guru.
B. Pentingnya
mutasi pimpinan sekolah
Ada suatu kebiasaan dalam
masyarakat kita yang menganggap bahwa
mutasi itu diartikan sama dengan hukuman datau pelemparan bagi seorang pegai
negeri. Oleh sebab itu setiap pegawai yang dimutasi dianggap telah melakukan
suatu pelanggaran atau setidak-tidaknya dipandang yang tidak becus melaksanakan
tugas jabatannya. Anggapan seperti ini
menyebabkan kesulitan bagi pelaksanaan mutasi kepegawaian, sekalipun untuk
maksud-maksud yang baik demi kelancaran dan perbaikan lembaga tahu sekolah yang bersangkutan.
Mutasi
penting, karena kita mengerti bahwa setiap manusia memiliki “penyakit”
kebosanan. Bahkan mungkin dapat jugga dikatakan bahwa kebosanan itu pada
manusia merupakan sifat.
Manusia
lekas merasa bosan dengan sesuatu yang monoton saja, yang begitu-begitu saja
setiap saat, terlebih dalam jangka waktu
yang terlalu lama.
Banyak
ahli berpendapat bahwa kegairahan dan semangat kerja seseorang dalam memangku
jabatan atau pekerjaan dapat mencapai titik kulminasinya di antara tahun kedua
atau kelima dari masa jabatannya. Itulah sebabnya banyak jabatan pemerintah
atau instansi swasta yang ditentukan masa jabatannya selama 2-5 tahun.
Hal ini
berlaku pula bagi jabatan kepala sekolah. Pada kepala sekolah yang lebih dari
lima tahun memegang jabatannya mulai terlihat adanaya kemalasan, tidak atau
kurang adanya inisiatif dan kreativitas baru yang diperlukan bagi pengembangan
atau inovasi pendidikan. Oleh karena itu adanya mutasi sangat diperlukan.
1.
Mutasi vertical dan horizontal
Mutasi vertical
di sini ialah mutasi yang dilakukan dengan memindahkan pegawai yang
bersangkutan kepada jabatan yang lebih tinggi atau lebih rendah dalam jenjang
organisasi kepegawaian. Missal, seorang kepala sekolah dipindahkan dan diangkat
menjadi kepala kantor wilayah. Untuk menggantikan posisi kepala sekolah
tersebut, duangkatlah salah seorang wakil kepala sekolah atau seoarang guru yang
dianggap cakap untuk memangku jabatan tersebut.
Kebaikan mutasi
vertical ini yang jelas adalah memberikan kesempatan bagi para pegawai untuk
dapat mengembangkan kariernya, mendorong para pegawai untuk bekerja lebih giat,
jujur dan mempertinggi prestasi kerja.
Mutasi
horizontal di sini ialah mutasi yang dilakukan dengan jalan memindahkan kepala
sekolah itu ke sekolah yang lain, yang sejenis, tanpa mengubah status
jabatannya. Dengan kata lain, mutasi horizontal ialah mutasi yang dilakukan
dengan mengadakan pertukaran pimpinan sekolah antar sekolah yanga sejenis.
Beberapa
kesulitan yang mungkain dialami dalam mengadakan mutasi horizontal ini pada
umumnya timbil dari kepentingan pribadi masing-masing kepala sekolah yang
dimutasikan. Seperti antara lain masalah perumahan atau tempat tinggal, maslah
menyekolahkan anak, harta benda atau pekerjaan di luar dinas yang sudah
berjalan di tempat yang lama. Namun, demi perbaikan dna pengembangan
pendidikan, adanya mutasi tersebut sangat diperlukan.
2.
Bagaimana melaksanakan mutasi itu?
Dapat
dimengerti bahwa pelaksanaan mutasi tidak mudah. Banyak factor yang dapat
menghambat dan mempengaruhi dalam pelaksanaannya. Meski demikian, untuk dapat
melaksanakan mutasi itu dengan baik demi suksesnya pencapaian tujuan
pendidikan, beberapa syarat berikut ini perlu diperhatikan :
v Dilakukan dengan rencana yang matang, sistematis
dan praktis.
v Berdasarkan hasil supervisi yang kontinyu dan
teliti.
v Diketahui benar-benar kelemahan dan atau kelebihan
masing-masing kepala sekolah.
v Para kepala sekolah mengetahui dan menyadari
mengapa dan untuk apa mereeka dimutasikan.
v Mutasi vertical dan horizontal dapat dilakukan
bersama-sama denagn tuntutan pengembangan pendidikan.
v Lebih baik jika mutasi itu dilaksnakan secara
periodic,missal setiap 4 atau 5 tahun sekali. Kecuali mutasi yang terpaksa atau
mendadak karena suatu hal.
BAB
V
KESIMPULAN
Setelah
melihat berbagai sumber dalam masalah yang dibahas yakni mengenai kepengawasan
dalam kependidikan maka dapat disimpulkan bahwa supervisi diperlukan dan
di laksanakan di segala bidang, termasuk pendidikan. Beberapa hal yang melatar
belakangi perlunya supervisi ; berkembangnya science dan teknologi yang semakin
cepat, perubahan social, susunan internasional, adanya urbanisasi yang semakin
meningkat, menyebabkan masalah baru dalam pendidiksn, adanya tuntutan hak-hak
asasi manusia yang juga menyebabkan problema bagi para pendidik yang memerlukan
pemecahan secara rational, suburnya birokrasi dapat menghambat kelancaran dalam
bidang pendidikan.
Adapun
supervisi pendidikan sendiri dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan dalam
bentuk pengawasan dan pembinaan untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik
meliputi seluruh aspek pendidikan.
Kepengawasan kependidikan ini
meliputi masalah tanggung jawab guru, supervisi yang didalamnya terdapat
definisi supervisi, tipe – tipenya. Disamping itu terdapat pula bagaimana
teknik – teknik dalam supervisin dan bagaimana menjadi seorang supervisor yang
baik.
Berbagai teori mengenai kepengawasan
dalam kependidikan ini tidak terlepas dari carut marutnya pendidikan ini. Untuk
itu diperlukan adanya supervisi dalam pendidikan. Supervisi ini bertujuan untuk
perbaikan dan perkembangan proses belajar mengajar secara total yang berarti
bahwa tujuan supervisi tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi
juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas termasuk dalam pengadaaan
fasilitas yang menunjang kelancaran proses belajar mengajar, peningkatan mutu
pengetahuan dan ketrampilan guru-guru, pemberian bimbingan dan pembinaan dalam
hal implementasi kurikulum dan pemilihan dan penggunaan metode mengajar, alat –
alat pengajaran, prosedur dan teknik evaluasi pengajaran dan sebagainya.
Disamping
berbagai teori mengenai kepengawasan dalam pendidikan itu, adapula hal – hal
lain yang bersangkutan didalamnya yakni masalah penempatan guru dan mutasi
guru. Hal ini berkaitan dengan kerja dari pengawas untuk memberi pengawasan dan
pembinaan kepada guru – guru untuk menjadi seseorang yang profesional. Penempatan
guru ini layaknya menjadi tugas yang penting bagi pengawas yaitu dengan
menyeleksi / memberikan penilaian mengenai pantas tidaknya guru tersebut untuk
ditempatkan pada suatu sekolah ataupun daerah. Hal ini berkaitan dengan bagaimana
kualitas dari guru – guru tersebut sehingga mampu memajukan pendidikan dimana
guru tersebut ditempatkan. Selain penempatan guru terdapat pula hal penting
lainnya yaitu mutasi yang biasanya cenderung dianggap suatu momok yang
menakutkan karena anggapan bahwa mutasi dilakukan hanya kepada seseorang yang
telah melakukan kesalahan sehingga menyulitkan untuk pelaksanaannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2010. http://www.wikipedia.com/kepengawasan
dalam pendidikan / diakses pada hari minggu 28 Maret 2010 pukul 13.10 WIB
Frans,
Sahertian, A. 1985. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan. Surabaya :
Usaha Nasional
Purwanto, Ngalim. 2009. Administrasi dan
Supervisi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rodaskarya
Rifai, Moh. 1982. Supervisi Pendidikan.
Bandung : Jemmars Mahateru
Sahertian, Piet. 1992. Supervisi Pendidikan Dalam
Rangka Program Inservice Education. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar