Kamis, 17 Juli 2014

supervisi pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

Supervisi diperlukan dan di laksanakan di segala bidang, termasuk pendidikan. Beberapa hal yang melatar belakangi perlunya supervisi ; berkembangnya science dan teknologi yang semakin cepat, perubahan social, susunan internasional, adanya urbanisasi yang semakin meningkat, menyebabkan masalah baru dalam pendidiksn, adanya tuntutan hak-hak asasi manusia yang juga menyebabkan problema bagi para pendidik yang memerlukan pemecahan secara rational, suburnya birokrasi dapat menghambat kelancaran dalam bidang pendidikan.
            Supervisi tidak terlepaskan dari adminisrtasi. Di mana ada administrasi, harus ada supervisinya; dan jika ada supervisi, tentu ada sesuatu yang sedang dilaksanakan, ada administrasi sesuatu. Supervisi dapat kita anggap sebagai suatu fase dari administrasi, atau mungkin juga sebagai suatu segi dari administrasi.
            Kalau kita sampai ke tahapan pelaksanaan sesuatu usaha, maka kita perlu mangadakan pengawasan, pemeriksaan, control, untuk mengetahui apa yang sudah dilaksanakan dan bagaimana pelaksanaannya. Pengwasan dan pemeriksaan ini mencakup juga penilaian; apa yang sudah baik, apa yang belum baik. Kemudian disambung dengan usaha untuk meningkatkan cara bekerja dan hasil bekerja.
            Kalau kita sampai kepada usaha meningkatkan cara bekerja ini, maka kita harus melibatkan manusia-manusia pelaksana dalam usaha ini. Kita mengawasi dan memeriksa manusianya; cara bekerjanya, kemampuan yang dimilikinya, sikapnya dalam pekerjaan, dan kira berusaha meningkatkan kemampuan dan sikap manusianya ini, agar diperoleh cara bekerja yang lebih baik, dan dengan demikian diperoleh hasil bekerja yang lebih baik.
            Dan inilah yang kita maksudkan dengan supervisi; pengawasan terhadap unsure manusianya yang kemudian dipakai sebagai dasar usaha peningkatan kemampuan mereka, agar mereka dapat meningkatkan usaha dan hasilnya. 




BAB II
SUPERVISI DAN RUANG LINGKUPNYA

A.                PENGERTIAN SUPERVISI
            Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai berikut : “Supervision is assistance in the devolepment of a better teaching learning situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material, technique, method, teacher, student, an envirovment). Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan supervisi tersebut mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.
Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi, inspeksi lebih menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter, sedangkan supervisi lebih menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik diantara guru-guru, karena bersifat demokratis. Istilah supervisi pendidikan dapat dijelaskan baik menurut asal usul (etimologi), bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang terkandung dalam perkataan itu ( semantik).
1)   Etimologi
Istilah supervisi diambil dalam perkataan bahasa Inggris “ Supervision” artinya pengawasan di bidang pendidikan. Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor.
2)   Morfologis
Supervisi dapat dijelaskan menurut bentuk perkataannya. Supervisi terdiri dari dua kata.Super berarti atas, lebih. Visi berarti lihat, tilik, awasi. Seorang supervisor memang mempunyai posisi diatas atau mempunyai kedudukan yang lebih dari orang yang disupervisinya.
3)   Semantik
  Pada hakekatnya isi yang terandung dalam definisi yang rumusanya tentang sesuatu tergantung dari orang yang mendefinisikan. Wiles secara singkat telah merumuskan bahwa supervisi sebagai bantuan pengembangan situasi mengajar belajar agar lebih baik. Adam dan Dickey merumuskan supervisi sebagai pelayanan khususnya menyangkut perbaikan proses belajar mengajar. Sedangkan Depdiknas (1994) merumuskan supervisi sebagai berikut : “ Pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik “. Dengan demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Untuk itu ada dua hal (aspek) yang perlu diperhatikan :
a.       Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
b.      Hal-hal yang menunjang kegiatan belajar mengajar
Karena aspek utama adalah guru, maka layanan dan aktivitas kesupervisian harus lebih diarahkan kepada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Untuk itu guru harus memiliki yakni : 1) ke-mampuan personal, 2) kemampuan profesional 3) kemampuan sosial (Depdiknas, 1982).
Atas dasar uraian diatas, maka pengertian supervisi dapat dirumuskan sebagai berikut “ serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor ( Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar. Karena supervisi atau pembinaan guru tersebut lebih menekankan pada pembinaan guru tersebut pula “Pembinaan profesional guru“ yakni pembinaan yang lebih diarahkan pada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan profesional guru.
Supervisi dapat kita artikan sebagai pembinaan. Sedangkan sasaran pembinaan tersebut bisa untuk kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran supervisi diartikan pula pembinaan guru.
B.                 TUJUAN SUPERVISI PENDIDIKAN
1. Tujuan umum
Þ Membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia dewasa yang sanggup berdiri sendiri.
Þ Membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia pembangunan dewasa yang berpancasila.
Þ Perbaikan situasi pendidikan dan pengajaran pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya.
2. Tujuan khusus
Þ Membantu guru-guru lebih memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya
Þ Membantu guru-guru untuk dapat lebih memahami dan menolong murid
Þ Memperbesar kesnggupan guru mendidik murid untuk terjun ke msyarakat
Þ Memperbesar kesadaran guru terhadap kerja yang demokratis dan kooperatif
Þ Membesar ambisi guru untuk berkembang
Þ Membantu guru-guru untuk memanfaatkan pengalaman yang dimiliki
Þ Memperkenalkan karyawan baru kepada sekolah
Þ Melindungi guru daru tuntutan tak wajar dari masyarakat
Þ Mngembangkan professional guru
C.                 FUNGSI SUPERVISI PENDIDIKAN
Fungsi- fungsi supervisi pendidikan yang sangat penting diketahui oleh para pimpinan pendidikan termasuk kepala sekolah, adalah sebagai berikut :
1.         Dalam bidang kepemimpinan
a)         Menyusun rencana dan policy bersama.
b)         Mengikutsertakan anggota-anggota kelompok (guru-guru, pegawai) dalam berbagai kegiatan.
c)         Memberikan bantuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan memecahkan persoalan-persoalan.
d)        Membangkitkan dan memupuk semangat kelompok, atau memupuk moral yang tinggi kepada anggota kelompok.
e)         Mengikutsertakan semua anggota dalam menetapkan putusan-putusan.
f)          Membagi-bagi dan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada anggota kelompok, sesuai dengan fungsi-fungsi dan kecakapan masing-masing.
g)         Mempertingi daya kreatif pada anggota kelompok.
h)         Menghilangkan rasa malu dan rasa rendah diri pada anggota kelompok sehingga mereka berani mengemukakan pendapat demi kepentingan bersama.
2.         Dalam hubungan kemanusiaan
a)         Memanfaatkan kekeliruan ataupun kesalahan – kesalahan yang dialaminya untuk dijadikan pelajaran demi perbaikan selanjutnya, bagi diri sendiri maupun bagi anggota kelompoknya.
b)         Membantu mengatasi kekurangan ataupun kesulitan yang dihadapi anggota kelompok, seperti dalam hal kemalasan, merasa rendah diri, acuh tak acuh, pesimis, dsb.
c)         Mengarahkan anggota kelompok kepada sikap-sikap yang demokratis.
d)        Memupuk rasa saling menghormati diantara sesama anggota kelompok dan sesama manusia.
e)         Menghilangkan rasa curiga – mencurigai antara anggota kelompak.
3.         Dalam pembinaan proses kelompok
a)         Mengenal masing – masing pribadi anggota kelompok, baik kelemahan maupun kemampuan masing-masing.
b)         Menimbulkan dan memelihara sikap percaya-mempercayai antara sesama anggota maupun antara anggota dan pimpinan.
c)         Memupuk sikap dan kesediaan tolong menolong.
d)        Memperbesar rasa tanggung jawab para anggota kelompok.
e)         Bertindak bijaksana dalam menyelesaikan pertentangkan atau perselisihan pendapat dinatara anggota kelompok.
f)          Menguasai teknik – teknik memimpin rapat dan pertemuan – pertemuan lainnya.
4.         Dalam bidang administrasi personel
a)         Memilih personel yang memiliki syarat-syarat dan kecakapan yang diperlukan untuk suatu pekerjaan.
b)         Menempatkan personel pada tempat dan tugas yang sesuai dengan kecakapan dan kemampuan masing – masing.
c)         Mengusahakan susunan kerja yang menyenangkan dan meningkatkan daya kerja serta hasil maksimal.
5.         Dalam bidang evaluasi
a)         Menguasai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secara khusus dan terperinci.
b)         Menguasai dan memiliki norma – norma atau ukuran – ukuran yang akan digunakan sebagai criteria penilaian.
c)         Menguasai teknik – teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang lengkap, benar, dan dapat diolah menurut norma-norma yang ada.
d)        Menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil penilaian sehingga mendapat gambaran tentang kemungkinan– kemungkinan untuk mengadakan perbaikan- perbaikan.
Adapun fungsi supervisi pendidikan secara umum adalah sebagai berikut :
1. Penelitian (research) → untuk memperoleh gambaran yang jelas dan objektif tentang suatu situasi pendidikan
Þ Perumusan topik
Þ Pengumpulan data
Þ Pengolahan data
Þ Konlusi hasil penelitian
2. Penilaian (evaluation) → lebih menekankan pada aspek daripada negative
3. Perbaikan (improvement) → dapat mengatahui bagaimana situasi pendidikan  / pengajaran pada umumnya dan situasi belajar mengajarnya.
4. Pembinaan → berupa bimbingan (guidance) kea rah pembinaan diri yang disupervisi
D.                PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI PENDIDIKAN
1. Prinsip-prinsip fundamental
Pancasila merupakan dasar atau prinsip fundamental bagi setiap supervisor pendidikan Indonesia. Bahwa seorang supervisor haruslah seorang pancasilais sejati.
2. Prinsip-prinsip praktis
a. Negatif
Þ Tidak otoriter
Þ Tidak berasas kekuasaan
Þ Tidak lepas dari tujuan pendidikan
Þ Bukan mencari kesalahan
Þ Tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil
b. Positif
Þ Konstruktif dan kreatif
Þ Sumber secara kolektif bukan supervisor sendiri
Þ Propessional
Þ Sanggup mengembangkan potensi guru dkk
Þ Memperhatikan kesejahteraanguru dkk
Þ Progresif
Þ Memperhitungkan kesanggupan supervisid
Þ Sederhana dan informal
Þ Obyektif dan sanggup mengevaluasi diri sendiri
E.             JENIS-JENIS SUPERVISI
Supervisi mengandung pengertian luas. Supervisi dapat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan yaitu supervisi umum dan supervisi pengajaran. Disamping kedua jenis supervisi tersebut ada pula istilah supervisi klinis, pengawasan melekat dan pengawasan fungsional. Perbedaan antara jenis - jenis supervisi tersebut akan dijelaskan dalam uraian berikut ini.
1          Supervisi umum dan supervisi pengajaran
Supervisi umum adalah supervisi yang dilakukan terhadap kegiatan – kegiatan atau pekerjaan yang secara tidak langsung berhubungan dengan usaha perbaikan pengajaran seperti supervisi terhadap kegiatan pengelolaan bangunan dan perlengkapan sekolah atau kantor – kantor pendidikan, dsb.
Supervisi pengajaran adalah kegiatan – kegiatan kepengawasan yang ditunjukan untuk memperbaiki kondisi – kondisi baik personal maupun material yang memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar yang lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan.
2          Supervisi klinis
Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang rasional ( Richard Waller ).
3          Pengawasan melekat dan pengawasan fungsional
Pengawasan melekat adalah suatu kegiatan administrasi dan manajemen yang dilakukan oleh pimpinan satuan kerja untuk mencegah terjadinya salah urus dan meningkatakan efisiensi dan efektifitas kerja sesuai dengan kebijaksanaan Menteri P dan K, peraturan perundang – undangan yang berlaku dan rencana yang ditetapkan.
Pengawasan fungsional adalah kegiatan – kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh orang – orang yang fungsi jabatannya sebagai pengawas.










 

 

  


BAB III
SUPERVISOR DALAM PENAMPILANNYA

Manajemen Berbasis Sekolah yang merupakan refleksi pergeseran paradigma sistem pengelolaan dan pembinaan pendidikan dari centralized system menuju decentralized system menuntut kesadaran, komitmen, dan keterlibatan semua pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan untuk saling bekerja sama dan membangun sinergi mewujudkan sekolah efektif.  Supervisor, sebagai salah satu pemangku kepentingan pendidikan, memiliki peran yang amat penting dalam mewujudkan sekolah efektif dalam kerangka Manajemen Berbasis Sekolah, yang ditandai oleh pembelajaran yang bernuansa Aktif, Senang, Interaktif dan Kreatif sehingga Efektif (ASIK – Efektif) dalam mencapai tujuan pembelajaran. Peran dan keberadaan supervisor semakin diperlukan tidak hanya untuk memberikan bimbingan, bantuan dan pembinaan kepada guru untuk meningkatkan kinerja dalam pengelolaan pembelajaran, tetapi yang lebih penting adalah sebagai “perekat” (glue) bagi warga sekolah, sehingga dapat saling bekerja sama mendukung tercapainya tujuan sekolah.
Namun demikian, implementasi supervisi di lapangan masih sangat bervariasi. Bahkan di beberapa sekolah, supervisi tidak dapat berjalan dengan optimal dan efektif dikarenakan oleh beberapa faktor, antara lain kurang memadainya pengetahuan, keterampilan dan pengalaman supervisor, termasuk pengawas dan kepala sekolah, maupun pemahaman guru tentang supervisi yang belum memadai. Oleh karena itu, baik supervisor maupun guru dan pihak – pihak yang disupervisi perlu secara pro aktif menambah pengetahuan dan pemahaman mereka tentang supervisi agar terjalin keterpaduan dan kerjasama sinergi dalam menunjang pelaksanaan supervisi di sekolah. Untuk itulah disini kami selaku pemakalah mencoba sedaya mampu kami untuk menjelaskan syarat-syarat seorang supervisor dan mungkin beberapa hal yang berkaitan dengannya.
A.      Ciri-ciri Seorang Supervisor
Seorang supervisor didalam pendidikan haruslah dibekali secara personal maupun professional sifat-sifat dan pengetahuan yang sesuai dengan profesi jabatannya. Supervisor hendaknya memiliki cirri-ciri pribadi yang baik, memiliki pembawaan kecerdasan yang tinggi, pandangan yang luas mengenai proses pendidikan dalam masyarakat, kepribadian yang menyenangkan dan kecakapan melaksanakan human relation yang baik. Di dalam melaksanakan pekerjaanya, seorang supervisor dituntut dengan adanya rasa tangggung jawab yang tinggi. Supervisor  yang baik selalu merassa dibimbing oleh penemuan-penemuan yang telah didapat dari hasil penelitian pendidikan dan mempunyai kesempatan untukmenyatakan pendapat-pendapat itu di dalam diskusi-diskusi kelompok dan pertemuan-pertemuan perseorangan. Supervisor disini memimpin sumber dalam segala bidang yang mengenai supervisi sekolah dan perbaikan pengajaran.
Menurut Kimball wiles : “seorang supervisor berurusan dengan persiapan kepemimpinan yang efektif di dalam staf”. Untuk melaksanakan ini, ia harus berusaha memperbaiki dan mengembangkan sensivitasnya terhadap perasaan-perasaan orang lain, untuk memperluas ketetapannya tentang anggapannya terhadap pendapat kelompok mengenai hal-hal yang penting agar selanjutnya lebih dapat melaksanakan hubungan-hubungan kerjasama yang kooperatif, untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yang lebih tinggi bagi dirinya sendiri, dan untuk lebih sering berhubungan dengan mereka didalam kelompok yang bekerja dengannya. Sehingga didalam tata laksananya harus memiliki ilmu administrasi dengan sebaik-baiknya dan memahami fungsi-fungsi administrasi sebaik-baiknya, untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik seorang supervisor harus memiliki cirri-ciri dan sifat-sifat sebagai berikut :
a.     Berpengetahuan luas tentang semua seluk beluk semua pekerjaan yang berada di bawah pengawasannya
b.    Menguasai dan memahami benar-benar rencana dan program yang telah digariskan yang akan dicapai oleh setiap lembaga atau bagian
c.     Berwibawa dan memilki kecakapan praktis tentang teknik-teknik kepengawasan terutama human relation
d.    Memiliki sifat-sifat jujur, tegas, konsekuen, ramah dan rendah hati
e.     Berkemauan keras, rajin bekerja demi tercapainya tujuan atau program yang telah digariskan atau disusun
Seperti semboyan pendidikan yang dipakai sebagai lambing resmi Departemen P dan K sebenarnya merupakan sebagian akhir daei falsafah pendidikan yang telah sejak lama dijalankan di Indonesia, antara lain oleh Ki Hajar Dewantara dalam taman siswa yang berbunyi “ing ngarso sung tuladha, ing maddya magun karsa, tut wuri handayani”. Yang artinya di depan berperan sebagai teladan, di tengah turut membina kehendak atau motivasi, di belakang mengikuti sambil mendidik. Mendidik adalah juga memimpin anak didik.dengan demikian seorang pemimpin harus dapat menempatkan dirinya dalam segala jenis peranan kepemimpinanya. Sebagai pemimpoin yang memberika contoh, yang memberikan petunjuk apa yang harus dilaksanakan dan bagaimana melaksanakannya, kemudian sebagai pemimpin yang dapat bekerja samadengan orang-orang yang dipimpinnya, yang membantu dan mendorong mereka, dan juga sebagai pemimpin yang berani menyerahkan segala tanggung jawab kepada yang dipimpinnya, memberikan kesempatan kepada yang dipimpinnya untuk memperlihatkan kemampuannya, tetapi sebagai pemimpin yang bertanggung jawab meskipun ia berada di belakang ia tetap waspada dan memperhatikan dan mengawasi, dan siap turun tangan jika diperlikan. Inilah gambaran paaralel dengan tipe-tipe otokratis, kooperatif, dan free-rein yang telah dikemukakan.

B.        Ketrampilan – ketrampilan Supervisor
Setidaknya seorang supervisor memiliki beberapa macam keterampilan yang berhubungan dengan posisinya sebagai supervisor. Beberapa keterampilan itu antara lain:
1.         Keterampilan dalam kepemimpinan (leadership)
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa menjalin hubungan yang harmonis dengan yang dipimpin :
·            Working on : wibawa (power on)
·            Working for : pembantu bagi orang yang disupervisi
·            Working mithin : bersama-sama
2.         Keterampilan dalam proses kelompok
Supervisor harus terampil :
·             Membangkitkan semangat kerjasama
·            Merumuskan tujuan
·            Merencanakan bersama
·             Mengambil keputusan bersama
·            Menciptakan tanggung jawab bersama
·            Menilai dan merivisi bersama

3.            Keterampilan dalam hubungan insani (human relation)
Supervisor tidak semata-mata berurusan dengan aspek meteril tetapi berhadapan dengan manusia-manusia yang berbeda perilaku.
·               Hubungan pribadi : pribadi orang yang bersangkutan
·               Hubungan fungsionil : fungsi yang dijalankan seseorang
·               Hubungan instrumental : didasarkan atas pandangan memperalat bawahan
·               Hubungan konsensionil : didsarkan atas kebiasaan atau kelaziman yang berlaku.
4.            Keterampilan dalam administrasi personal
Supervisor harus terampil :
·               Menyeleksi anggota/karyawan baru
·               Mengorientasi anggota/karyawan baru
·               Menempatkan dan menugaskan sesuai kecakapan
·               Membina
5.            Keterampilan dalam evaluasi (evaluation)
·               Merumuskan tujuan dan norma-norma
·               Mengumpukan fakta-fakta perubahan
·               Menterapkan criteria dan menyusun pertimbangan
·               Merevisi rencana yang disusun

C.      Tipe – tipe Supervisor pendidikan
Kemudian setelah memenuhi keterampilan diatas, kita akan mengetahui berbagai macam type-type seorang supervisor pendidikan. Type-typenya antara lain :
1. Otokratis : supervisor penentu segalanya
2. Demokratis : mementingkan musyawarah mufakat dan bekerjasama atau gontong royong secara kekeluargaan.
3. Manipulasi diplomatis : mengarahkan orang yang disupervisi untuk melaksanakan apa yang dikehendaki supervisor dengan cara musulihat
4. Laissez-faire : memberikan kebebasan dan keleluasan kepada orang yang disupervisi untuk melakukan apa yang dianggap mereka baik.

D.      Peranan Supervisor
Untuk mewujudkan pemberdayaan akuntabilitas professional guru, budaya sekolah sebagai organisasi belajar, dan manajement sumberdaya pendidikan, perlu dicapai kesamaan persepsi diantara pengawas, kepala sekolah dan guru-guru tentana tugas pokok sekolah sebagai “a place for better learning”. Kondisi ini dapat diciptakan melalui pemasyarakatan pemahaman dan praktek management mutu terpadu. Dengan peranan supervisor sebagai manager ini pembinaan professional terhadap guru kiranya dapat dilaksanakan untuk memberdayakan akuntabilitas seorang guru sebagai supervisor siswa dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran.
Seorang pemimpin pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor sesuai dengan pengertian hakiki dari supervisiitu sendiri, maka peranan supervisor adalah mensuport (supporting), membantu (assisting), dan mengikut sertakan (sharing). Bahwasanya supervisor dapat menciptakansuasana sedemikian rupa sehingga orang yang dibimbingnnya meras aman dan bebas dalam mengembangkan potensi dan mengembangkan potensi dan daya kreasi mereka  dengan penuh tanggung jawab. Suasana yang demikian hanya dapat terjadi bila kepemimpinan dari supervisor itu bersifat demokratis bukan otokratis.
Kebanyakan guru seolah-olah tidak  mengembangkan inisiasi dan kretivitasnuya karena supervisordalam meletakan interaksi dan interelasi, yang bersifat mematikan kamungkinan –kemungkinan perkembangan ini.
Untuk dapat melaksanakan tugasnya seorang pengawas hendaknya melakukan perananya sebagai berikut:
a.         Memimpin/ mempelopori pembaharuan
Kepemimpinan supervisor disini adalah kepemimpinan pendidikan, yang membantu perkembangan yang didiknya. Supervisor sebagai seeorang pemimpin akan mendapat keprcayaan dan pengaruh yang besar dengan nasehat, saran, dan jika perlu perintahnya. Dengan demikian dapatmenimbulkan perubahan dalam cara berfikir, dalam sikap dan tingkah laku yang dipimpinnya itu.
Dengan kelebihan yang dimilikinya, ialah kaelebihan pengetahuan dan atau pengalaman, ia membantu guru-guru agar mereka dapat brkembang menjadi yang lebih baik, lebih percaya diri, lebih bertanggung jawab lebih mampu melaksanakan tugasnya. Bantuan dan bimbingan yang diberikan kepada guru - guru itu  tidak akan selama - lamanya. Suatu ketika mereka memerlukan bantuan seperti itu dengan tingkat bimbingan yang lebih tinggi, dan nantinya mereka mampu menjadi pemimpin seperti supervisor pendidikan dalam hal ini kepala sekolah, penilik, dan pengawas. Untuk maksud tersebut para pengawas harus mampu mengembangkan program-program latihan dan pengembangan dengan cara merencanakan pertemuan atau penataran sesuai dengan kebutuhan setempat. Forum MGBS, SPKG/PKG misalnya dapat dimanfaatkan untuk maksud tersebut.
Dalam visi supervisor “ memimpin adalah menimbulkan kepemimpinan pada yang dipimpin . Sebagaimana kepemimpinan seorang pendidik yang mendidik anak didiknya menjadi dewaasa dan mampu berdiri sendiri begitu pula kepemimpinan seorang supervisor yang membantu mengembangkan guru - guruyang dipimpinnya menjadi orang yang bertanggung jawab, yang dapat bekerja sendiri dan akhirnya dapat memimpin.

b.        Menginspeksi
Inspeksi dalam supervisor pendidikan adalah titik tolak untuk selanjutnya diteruskan dengan kegiatan - kegiatan superviasi. Setiap administrasi memerlukan inspeksi yaitu control sampai dimana ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dan dijalankan. Hasil control ini akan memperlihatkanbbeberapa hal yang menimbulkan pertanyaan –pertanyaan : mengapa begini? apa sebabnya sampai saat inni target tidak terpenuhi? dimana letak kesalahannya? dan bagaimana memperbaikinya? Dari pertanyaan pertanyaan tersebut maka akan menimbulkan dorongan pada supervisor untuk melakukan tindakan penelitian untuk selanjutnya, sehingga dapat mengidentifikasi masalah-masalah pengajaran dan mempelajari factor-faktor yang mempengaruhinya.

c.         Mengadakan penelitian
Permulaan yang terbaik bagi supervisor adalah mengenal dan meemahami masalah-masalah pengajaran. Dengan demikian seorang supervisor perlu mengidentifikasi masalah-masalah pengajaran dan mempelajari factor-faktor atau sebab - sebab yang mempengaruhinya sebagai hasil dari inspeksi, kemudian diadakanlah usaha untuk memperoleh data yang lebih lengkap, lebih obyektif dan lebih relevan. Didalam penelitian ini supervisor akan memperoleh sebab-sebab yang menghambat proses belajar dan hasil belajarnya. Seorang  supervisor akan mencari metode yang tepat untuk dapat mengurangi kesalahan dan meningkatkan proses dan hasil belajar. Setelah masalah tersebut dapat diatasi tinggalah supervisor membuat data yang dapat dipakai untuk menyusun program peningkatan guru. Dengan hasil diatas maka penelitian memungkinkan untuk mengadakan kegiatan-kegiatan dalam rangkapeningkatan guru.

d.        Melatih dan membimbing
Dari kesimpulan yang dihasilkan dalam penelitian akan memberikan latihan kepada guru-guru sebagai usaha peningkatan kemampuan profesionalnya sesuai dengan kebutuhan mereka. Latihan itu dapat berupa diskusi , demonstrasi, penatarantugas-tugas tertentu yang harus dikerjakan, melakukan observasi dan sebagainya.setelah dilatih para guru perlu mendapatkan dorongan dan bimbingan, mendapat petunjuk-petunjuk bagaimana menerapkan hasil latihan yang telah diperoleh. Mengetahui lebih banyak dan memiliki keterampilan lebih tinggi, belum berarti adanya kemauan dan kemampuan untuk mengaplikasikan pngetahuan serta keterampilan itu dalam proses belajar mengajar. Untuk itu diperlukan dorongan dan bimbingan yang merupakan bantuan kepada setiap guru secara pribadi dan perorangan.
e.          Sebagai sumber dan pelayanan
            Supervisor sebagai sumber bagi mereka yang disupervisi dalam bentuk nasehat. Sumber petunjuk, sumber pengetahuan, dan sumber idea. Sedikitnya ia merupakan sumber informasi yang dapat memberi tahu dimana dan bagaimanamemperoleh sumber yang diperlukan. Sebagai contoh : apabila ada seorang guru yang belum menguasai kurikulum atau tata cara menyusun tujuan intruksional kaarena petunjuk yang ada terlalu singkat dan penataran yang pernah diadakan tidak cukup jelas, maka supervisor harus berusaha membantu mencarikan sumber lain yang dapat memenuhi kebutuhan itu.
            Dengan memberi nasehat untuk menggunakan sumber dari buku tertentu, atau dengan mencari recource person (ahlinya) untuk diundang kesekolah tempat gru mengajar. Bertindak sebagai sumber yang diharapkan itu membutuhkan kesungguhan, kemauan, dan tentunya pengetahuan yang luas  kemudian memiliki cukup kesediaan untuk membantu, melayani guru-guru itu dalam kemampuanya.

f.         Sebagai koordinasi
            Fungsi koordinatif dalam supervisi pendidikan terutama diperankan oleh kepala sekolah disekolahnya. Kepala sekolah haru memimpin sejumlah anggota dan staff, yang masing-masing harus dibantu dan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing. Guru yang kurang sesuai dengan metode mengajarnya, yang kurang beres administreasi kelasnya, yang kurang dapat bergaul dengan sesame guru atau dengan orang tua murid, yang kyrang berusaha menyesuaikan pengetahuannya dengan kemajuan dan perkembangan zaman itu membutuhkan bantuan dari superviso yaitu kepala sekolahnya.
            Kemampuan dan kebutuhan guru masing-masing berbeda karena bakat, minat, perhatianh, lingkungan hidup, dan latar belakang pendidikanya. Akan tetapi semua guru harus tetap menyadaribahwa mereka bekerja untuk tujuan yang sama, ialah keberhasilan pendidikan sekolah dan pengajaran sekolah. Karena diantara mereka tidak boleh adanya persaingan melainkan kerja sama. Kepala sekolah harus membagi perhatiannya kepad semua guru, dapat mengatur car kerja mereka, pembagian tugas yang adil dan merata, sehingga terpelihara sifat kooperatif.
Seorang pengawas perlu memperhatikan factor kerja sama di sekolah yang dikunjunginya. Kepala sekolah perlu dibantu untuk menjadi koordinasi yang baik.dua orang pengawas juga harus koordinasi pula, yang menguasai masalah pembagian tugas dan dinamika kelompok.

g.        Supervisi sebagai Evaluasi
Evaluasi dalam pendidikan adalah untuk mengetahui apa yang telah dilaksanakan oleh guru dalam kondisi dan situasi tertentuuntuk mencapai kegiatan belajar mengajar yang maksimal. Dengan demikian dapat diketahui kekuatan dan kelemahannya, kelebihan dan kekurangannya, dan factor-faktor apa yang telah merupakan pendorong atau penghambatdalamusahanya itu. Pelaksanaan evaluasi dalam supervisi berbeda pula dari pelaksanaan ujian dan inspeksi.
Dalam ujian atau inspeksi penilaian dilakukan sepihak, yang dinilai tidak diikutsertakan dalam persiapan, penentuan, persyaratan dan pengelolaan hasilnya. Evaluasi supervisi mengikutsertakan guru sejak perencanaanya sampai penetuan hasilnya karena gurulah yang seharusnya lebih tahu tenyang situasi dan dikondisi disekolahnya, dan tentabg kebutuhanya. Supervisor berfungsi sebagai pembantu  yang bersama-sama dengan guru itu turut mencari dan menemukan hal-hal yang perlu ditingkatkan serta bagai mana meningkatkannya. Dengan mengikutsertakan guru itu sendiri dalam seluruh proses evaluasi, sampai kepada pengolahannya, maka ia akan lebih menyadari kelemahannya dan kekurangannya, sehingga ia akan lebih sunguh-sungguh berusaha meningkatkan dirinya, tanpa paksaan atau tekanan dari orang lain. Evaluasi dalam supervisi bersifat kooperatif, dilakukan atas dasr kerjasama antara supervisor dan yang disupervisi.
Tugas lain bagi seorang supervisi atau pengawas akademik, yakni mencakup hal-hal berikut:
Mengupayakan agar guru lebih bersungguh-sungguh dan bekerja lebih keras serta bersemangat dalam mengajar.
Mengupayakan agar sistem pengajaran ditata sedemikian rupa sehingga berlaku prinsip belajar tuntas, yaitu guru harus berupaya agar murid benar-benar menguasai apa yang telah diajarkan dan tidak begitu saja melanjutkan pengajaran ke tingkat yang lebih tinggi jika murid belum tuntas penguasaannya.
1.        Memberikan tekanan (pressure) terhadap guru untuk mencapai tujuan pengajarannya, dengan disertai bantuan (support) yang memadai bagi keberhasilan tugasnya.
2.        Membuat kesepakatan dengan guru maupun dengan sekolah mengenai jenis dan tingkatan dari target output yang harus mereka capai sehubungan dengan keberhasilan pengajaran.
3.        Secara berkala melakukan pemantauan dan penilaian (assessment) terhadap keberhasilan (efektifitas) mengajar guru, khususnya dalam kaitannya dengan kesepakatan yang dibuat pada butir (4) di atas.
4.        Membuat persiapan dan perencanaan kerja dalam rangka pelaksanaan butir-butir di atas, menyusun dokumentasi dan laporan bagi setiap kegiatan, serta mengembangkan sistem pengelolaan data hasil pengawasan.
5.        Melakukan koordinasi serta membuat kesepakatan-kesepakatan yang diperlukan dengan kepala sekolah, khususnya dalam hal yang berkenaan dengan pemantauan dan pengendalian efektifitas pengajaran serta hal yang berkenaan dengan akreditas sekolah yang bersangkutan.

























BAB IV
PENENEMPATAN GURU DAN MUTASI PIMPINAN

A.      Masalah Penempatan Guru
Dari pengalaman kita mendengar ataupun menyaksikan bahwa pengangkatan dan penempatan guru merupakan masalah yang tidak mudah, memerlukan beberapa pertimbangan dna pemikiran.
Beberapa hal yang menyebabkan kesulitan dalam pengangkatan dan penempatan guru dapat dikemukakan di sini antara lain :
1.        Besarnya hasrat pada guru-guru untuk melanjutkan studi guna mencapai ijazah yang lebih tinggi sehingga banyak di antara mereka memilih tempat bekerjanya di kota-kota besar.
2.        Makin berkurangnya animo untuk ke sekolah guru sehingga jumlah guru yang dihasilkan tiap tahun kurang dapat memenuhi kebutuhan jumlah tenaga guru yang diperlukan. Akan tetapi hal ini justru terjadi sebaliknya, dengan perhatia pemerintah yang besar untuk pemerintahan sekarang ini, maka banyak lulusan SMA atau sederajat memilih meneruskan studinya di jalur pendidikan .
3.        Sejajar dengan no. 2 di atas, terlihat adanya kecenderungan semakin banyak siswa perempuan yang masuk ke sekolah guru, tidak sebanding denagn jumlah laki-laki. Sedangkan pengangkatan dan penempatan guru perempuan lebih memerlukan banyak pertimbangan daripada bagi guru laki-laki.
4.        Khusus untuk SLP dan SLA, kekurangan guru vak eksakta dan keterampilan sangat menonjol, di samping melimpahnya jumlah guru vak umum seperti bahasa dan ips.
5.        Adanya sisitem pengajian yang masih menggunakan “Sistem Skala Tunggal” mono scale sistem  seperti PGPS-68 yang kurang menguntungkan bagi jabatan guru.
6.        Administrasi kepegawaian yang sangat demokratis sehingga menghambat kelancaran prosedur pengangkatan dan penempatan  guru-guru dan pegawai pada umumnya.
7.        Last but not least: belum adanya perencanaan (planning) yang matang dari tiap departemen atau kementrian, khususnya yang menyangkut pendidikan. Barapa sebenarnya jumlah guru yang diperlukan bagi tiap daerah menurut jenis dan tingkatan sekolah serta jenis mata pelajaran, belum diperoleh data yang pasti dan meyakinkan. Perencanaan yang matang bukanlah hal yang mudah, karena membutuhkan waktu, biaya serta keahlian khusus.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
Dengan tidak melupakan adanya kesulitan yang telah diuraikan di atas dalam usaha mengangkat dan menempatkan guru beberapa hal yang berikut ini perlu mendapat perhatian:
1.        Pengangkatan dan penempatan guru hendaknya didasarkan atas hasil seleksi dan kualifikasi yang telah diadakan sebelumnya.
2.        Disesuaikan dengan kebutuhan yang sebenarnya dari sekolah yang bersangkutan (sesuai dengan hasil supervisi dan laporan kepala sekolah).
3.        Jarak antara tempat tinggal guru dan sekolah. Jika perlu guru itu pindah tempat mendekati sekolah. Lebih baik lagi jika di sekolah tersedia perumahan guru-guru.
4.        Untuk sekolah-sekolah tertentu mungkin perlu pula dipertimbangkan jenis kelamin dan status perkawinan (sudah kawin atau belum).
5.        Latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja sebagai guru.
6.        Keahlian khusus dan hobby yang dimilikinya.
7.        Hal-hal lain yang mungkain masih diperlukan,sesuai dengan rencana jangka panjang dari instansi atau sekolah yang bersangkutan.
Semua pertimbangan tersebut di atas hendaknya dijalankan atas dasar demi kelancaran dan tercapainya tujuan pendidikan di sekolah bersangkutan, dan bukan  semata-mata didasarkan atas kepentingan pribadi guru.

B.       Pentingnya mutasi pimpinan sekolah
Ada suatu kebiasaan  dalam masyarakat  kita yang menganggap bahwa mutasi itu diartikan sama dengan hukuman datau pelemparan bagi seorang pegai negeri. Oleh sebab itu setiap pegawai yang dimutasi dianggap telah melakukan suatu pelanggaran atau setidak-tidaknya dipandang yang tidak becus melaksanakan tugas jabatannya. Anggapan seperti ini  menyebabkan kesulitan bagi pelaksanaan mutasi kepegawaian, sekalipun untuk maksud-maksud yang baik demi kelancaran dan perbaikan lembaga tahu sekolah yang bersangkutan.
Mutasi penting, karena kita mengerti bahwa setiap manusia memiliki “penyakit” kebosanan. Bahkan mungkin dapat jugga dikatakan bahwa kebosanan itu pada manusia merupakan sifat.
Manusia lekas merasa bosan dengan sesuatu yang monoton saja, yang begitu-begitu saja setiap  saat, terlebih dalam jangka waktu yang terlalu lama.
Banyak ahli berpendapat bahwa kegairahan dan semangat kerja seseorang dalam memangku jabatan atau pekerjaan dapat mencapai titik kulminasinya di antara tahun kedua atau kelima dari masa jabatannya. Itulah sebabnya banyak jabatan pemerintah atau instansi swasta yang ditentukan masa jabatannya selama 2-5 tahun.
Hal ini berlaku pula bagi jabatan kepala sekolah. Pada kepala sekolah yang lebih dari lima tahun memegang jabatannya mulai terlihat adanaya kemalasan, tidak atau kurang adanya inisiatif dan kreativitas baru yang diperlukan bagi pengembangan atau inovasi pendidikan. Oleh karena itu adanya mutasi sangat diperlukan.
1.                  Mutasi vertical dan horizontal
Mutasi vertical di sini ialah mutasi yang dilakukan dengan memindahkan pegawai yang bersangkutan kepada jabatan yang lebih tinggi atau lebih rendah dalam jenjang organisasi kepegawaian. Missal, seorang kepala sekolah dipindahkan dan diangkat menjadi kepala kantor wilayah. Untuk menggantikan posisi kepala sekolah tersebut, duangkatlah salah seorang wakil kepala sekolah atau seoarang guru yang dianggap cakap untuk memangku jabatan tersebut.
Kebaikan mutasi vertical ini yang jelas adalah memberikan kesempatan bagi para pegawai untuk dapat mengembangkan kariernya, mendorong para pegawai untuk bekerja lebih giat, jujur dan mempertinggi prestasi kerja.
Mutasi horizontal di sini ialah mutasi yang dilakukan dengan jalan memindahkan kepala sekolah itu ke sekolah yang lain, yang sejenis, tanpa mengubah status jabatannya. Dengan kata lain, mutasi horizontal ialah mutasi yang dilakukan dengan mengadakan pertukaran pimpinan sekolah antar sekolah yanga sejenis.
Beberapa kesulitan yang mungkain dialami dalam mengadakan mutasi horizontal ini pada umumnya timbil dari kepentingan pribadi masing-masing kepala sekolah yang dimutasikan. Seperti antara lain masalah perumahan atau tempat tinggal, maslah menyekolahkan anak, harta benda atau pekerjaan di luar dinas yang sudah berjalan di tempat yang lama. Namun, demi perbaikan dna pengembangan pendidikan, adanya mutasi tersebut sangat diperlukan.
2.                  Bagaimana melaksanakan mutasi itu?
Dapat dimengerti bahwa pelaksanaan mutasi tidak mudah. Banyak factor yang dapat menghambat dan mempengaruhi dalam pelaksanaannya. Meski demikian, untuk dapat melaksanakan mutasi itu dengan baik demi suksesnya pencapaian tujuan pendidikan, beberapa syarat berikut ini perlu diperhatikan :
v    Dilakukan dengan rencana yang matang, sistematis dan praktis.
v    Berdasarkan hasil supervisi yang kontinyu dan teliti.
v    Diketahui benar-benar kelemahan dan atau kelebihan masing-masing kepala sekolah.
v    Para kepala sekolah mengetahui dan menyadari mengapa dan untuk apa mereeka dimutasikan.
v    Mutasi vertical dan horizontal dapat dilakukan bersama-sama denagn tuntutan pengembangan pendidikan.
v    Lebih baik jika mutasi itu dilaksnakan secara periodic,missal setiap 4 atau 5 tahun sekali. Kecuali mutasi yang terpaksa atau mendadak karena suatu hal.














BAB V
KESIMPULAN

Setelah melihat berbagai sumber dalam masalah yang dibahas yakni mengenai kepengawasan dalam kependidikan maka dapat disimpulkan bahwa supervisi diperlukan dan di laksanakan di segala bidang, termasuk pendidikan. Beberapa hal yang melatar belakangi perlunya supervisi ; berkembangnya science dan teknologi yang semakin cepat, perubahan social, susunan internasional, adanya urbanisasi yang semakin meningkat, menyebabkan masalah baru dalam pendidiksn, adanya tuntutan hak-hak asasi manusia yang juga menyebabkan problema bagi para pendidik yang memerlukan pemecahan secara rational, suburnya birokrasi dapat menghambat kelancaran dalam bidang pendidikan.
Adapun supervisi pendidikan sendiri dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan dalam bentuk pengawasan dan pembinaan untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik meliputi seluruh aspek pendidikan.
            Kepengawasan kependidikan ini meliputi masalah tanggung jawab guru, supervisi yang didalamnya terdapat definisi supervisi, tipe – tipenya. Disamping itu terdapat pula bagaimana teknik – teknik dalam supervisin dan bagaimana menjadi seorang supervisor yang baik.
            Berbagai teori mengenai kepengawasan dalam kependidikan ini tidak terlepas dari carut marutnya pendidikan ini. Untuk itu diperlukan adanya supervisi dalam pendidikan. Supervisi ini bertujuan untuk perbaikan dan perkembangan proses belajar mengajar secara total yang berarti bahwa tujuan supervisi tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas termasuk dalam pengadaaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses belajar mengajar, peningkatan mutu pengetahuan dan ketrampilan guru-guru, pemberian bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi kurikulum dan pemilihan dan penggunaan metode mengajar, alat – alat pengajaran, prosedur dan teknik evaluasi pengajaran dan sebagainya.
            Disamping berbagai teori mengenai kepengawasan dalam pendidikan itu, adapula hal – hal lain yang bersangkutan didalamnya yakni masalah penempatan guru dan mutasi guru. Hal ini berkaitan dengan kerja dari pengawas untuk memberi pengawasan dan pembinaan kepada guru – guru untuk menjadi seseorang yang profesional. Penempatan guru ini layaknya menjadi tugas yang penting bagi pengawas yaitu dengan menyeleksi / memberikan penilaian mengenai pantas tidaknya guru tersebut untuk ditempatkan pada suatu sekolah ataupun daerah. Hal ini berkaitan dengan bagaimana kualitas dari guru – guru tersebut sehingga mampu memajukan pendidikan dimana guru tersebut ditempatkan. Selain penempatan guru terdapat pula hal penting lainnya yaitu mutasi yang biasanya cenderung dianggap suatu momok yang menakutkan karena anggapan bahwa mutasi dilakukan hanya kepada seseorang yang telah melakukan kesalahan sehingga menyulitkan untuk pelaksanaannya.
           
           




















DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. http://www.wikipedia.com/kepengawasan dalam pendidikan / diakses pada hari minggu 28 Maret 2010 pukul 13.10 WIB
 Frans, Sahertian, A. 1985. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional
Purwanto, Ngalim. 2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rodaskarya
Rifai, Moh. 1982. Supervisi Pendidikan. Bandung : Jemmars Mahateru
Sahertian, Piet. 1992. Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Program Inservice Education. Jakarta : PT. Rineka Cipta































Tidak ada komentar:

Posting Komentar